Jangan Heran Manusia Bisa Terbang, Beda Karomah dan Aksi Pesulap
Nabi dan Rasul yang diutus Allah Subhanahu wa-taala (SWT) mempunyai kelebihan yang disebut mukjizat. Di luar itu, ada manusia yang diangkat sebagai Kekasih Allah Ta'ala. Mereka inilah yang dikenal sebagai Waliyullah, yang mempunyai tanda-tanda keistimewaan disebut karomah.
Dalam Islam, karomah tidak mungkin keluar dari tangan sembarang orang, seperti halnya mukjizat yang Allah SWT berikan kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi pun tidak mengobral mukjizat yang Allah SWT berikan. Hanya saja, pada kondisi-kondisi tertentu, Nabi membuktikan mukjizat itu sebagai karunia dari Allah SWT.
Itu pun sifatnya hanya untuk menguatkan kenabian. Sementara wali juga begitu, ada Karomah. Syekh Abdul Qodir Al-Jailani pernah mengingatkan jangan kamu heran kalau ada orang bisa jalan di atas air atau terbang di angkasa, sebab burung bisa terbang dan ikan berjalan di dalam air.
Karomah tidaklah sama dengan aksi para pesulap. Sebagaimana fenomena sosial terkait dengan kasus Syamsuddin dari Jombang.
Pesan Gua Fahrul: Jangan Kiaikan Dukun
Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU), meminta masyarakat tidak menganggap dukun sebagai Kiai. Ketua PBNU bidang Keagamaan, KH Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur) mengatakan Islam melarang umatnya untuk mempercayai dukun.
“Kita harus selektif. Terkadang dukun kita Kiai-kan, itu salah. Jangan kiai-kan dukun. Masyarakat mesti memahami bahwa kalau Karomah itu tidak diobral-obral. Karomah itu diberikan kepada wali, kekasih Allah, tidak untuk jualan, tidak untuk komersial atau konten. (Kalau dukun) itu tipuan, sihir atau sulap,” kata Gus Fahrur sebagaimana dilansir NU Online.
Gus Fahrur menjelaskan, karomah seseorang terlihat dan terbukti bukan dari keanehan-keanehan yang ia lakukan tetapi dari ilmu dan amal. Para Kiai yang memiliki karomah adalah mereka yang mengikuti sunnah dan syariat.
“Ukurannya bukan aneh. Nabi tidak mengajari yang aneh-aneh. (Nabi) mengajari shalat dan kebaikan. Kalau (perilaku) mereka tidak cocok dengan Nabi, atau walaupun bisa terbang, tetap itu bukan wali,” jelas Gus Fahrur dalam menyikapi fenomena Samsuddin di media sosial.