Jangan Berharap Kebaikan Orang lain, Wasiat Terakhir KH Chaidar
Umat Islam, khususnya warga Nahdliyin dan kaum santri, berduka tas wafatnya KH R M Chaidar Muhaiminan Gunardo pada Minggu 6 Agustus 2023. Pengasuh Pesantren Kiai Parak Bambu Runcing Parakan, Temanggung, yang Mursyid Tarekat Syadziliyah mengembuskan napas terakhir saat menjalani perawatan di Puskesmas Paninggaran Kabupaten Pekalongan, siang itu.
Putra KH Muhaiminan Gunardo (almaghfurlah), sebelum wafat, menghadiri dan menyampaikan ceramah dalam majelis pengajian di Kramat, Desa Dumiyang, Paninggaran, Kabupaten Pekalongan.
"Di tengah menyampaikan pengajian Kiai Chaidar pingsan dan langsung dilarikan ke Puskesmas Paninggaran untuk mendapatkan perawatan. Namun upaya itu tidak berhasil, Allah memanggil kiai Chaidar menghadap kepada-Nya, meninggalkan dunia untuk selamanya," tutur Katib PWNU Jateng KH Munif Abdul Muhid.
Menurutnya, kehadiran Kiai Chaidar, kata Kiai Munif, masih dibutuhkan oleh kalangan Nahdliyin, terutama jamaah Tarekat Syadziliyah.
"Kepergian almarhum untuk selamanya mengagetkan warga NU, karena selama ini Kiai Chaidar tidak pernah mengeluh dan menyampaikan informasi tentang gangguan kesehatan dirinya," terang Kiai Munif.
Tetapi, lanjutnya, tiba-tiba Kiai Chaidar yang di usia remajanya nyantri di Tremas Pacitan dan Lirboyo Kediri dikabarkan wafat saat menjalankan tugas mulia yaitu saat mengisi pengajian, memberikan bimbingan kepada masyarakat.
"Saya bersaksi Kiai Chaidar selama hidup orangnya baik. Kepada Nahdliyyin diminta untuk bertakziah, bagi yang tidak sempat diharapkan melakukan shalat ghaib bersama jamaah di lingkungannya," tuturnya.
KH.R.Muhammad Haidar Muhaiminan Mursyd Toreqoh Syadiliyah Parakan Temanggung. Putra dari Ulama’ Kharismatik Jawa Tengah yakni Mbah Minan (KH.R.Muhaiminan Gunardho) beliau putra ketiga dari enam bersaudara, KH Chaidar memiliki latar belakang agama yang sangat kental.
Wasiat Khusus
Mursyid Thariqoh Syadziliyyah, KH. M. Chaidar Muhaiminan memberikan tausiyah kepada para jama'ah Thariqoh Syadziliyyah di Pondok Pesantren Kyai Parak Bambu Runcing, Parakan, Temanggung Jawa Tengah.
Semua amal ibadah harus terus berlangsung. Bila ada saat Ramadan terdapat semangat umat Islam untuk shalat tarawih, halitu dapat diganti dengan qiyamullail (shalat malam).
Diantara fadhilah shalat malam adalah hamba akan diberikan haibah (wibawa) oleh Allah, karena di saat orang lain tidur, hamba tersebut bangun, shalat, dan meminta kepada Allah.
Kiai Chaidar mengutip sebuah dawuh: "Kun rabbaniyyan, wa la takun ramadhaniyyan. Jadilah orang yang berke-Tuhanan, dan jangan jadi orang yang bergantung pada bulan ramadhan. Paham kan? Mari kegiatan, kesungguhan, dan semangat selama bulan ramadhan kita lanjutkan sampai ramadhan berikutnya"
Kiai Chaidar menceritakan, ada makhluk yang merasa gagal menggoda manusia selama setahun yaitu Iblis. Mereka merasa sia-sia menggoda manusia karena Allah memaafkan semua dosa-dosa kita. Oleh karena itu, manusia menjadi bersih dan suci seperti lembaran yang bersih.
"Mari lembaran yang bersih ini kita hiasi. Kita pelihara. Jangan dicoret-coret dengan tinta yang hitam, tinta yang kotor. Kita isi lembaran ini dengan kebaikan. Terutama wiridan thariqoh. Setiap tahun saya mendapat pengalaman dari jamaah. Di dunia saja sudah jelas, wiridan thariqoh memberikan pertolongan, apalagi nanti di akhirat"
Kiai Chaidar berpesan kepada para jamaah untuk tidak mengharapkan kebaikan dari orang lain.
"I'lam anna al-insana ta'allumun la tabaddulun. Ketahuilah bahwa kebaikan orang lain itu perbuatan, bukan penggantian".
Kebaikan itu bisa dilakukan dengan akal, tenaga dan pikiran. Demikian di antara wasiat terakhir KH M Chaidar Muhaiminan, putra dari KH Muhaimin Gunardho, yang bisa menjadi perhatian umat Islam yang ditinggalkannya.