Jangan Apriori Mendatangkan Rektor Asing
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menegaskan, niat pemerintah untuk memperbaiki kualitas Perguruan Tinggi Negeri (PTN) harus terwujud. Karena itu, Menristek minta kepada masyarakat Indonesia jangan apriori terhadap gagasan mulia tetsebut.
"Masyarakat jangan berpikir dengan adanya rektor asing tersebut, Indonesia akan menjadi liberal. Buang jauh jauh kekhawatiran seperti itu," kata Mohammad Nasir.
Sebelum mendatangkan rektor asing, pemerintah akan membuat regulasi atau rambu-rambunya. Tidak asal asing. Akan dipelajari dulu. Selain dilihat dulu rekam jejak dan kualitas akademiknya.
"Kalau kemampuan akademiknya masih di bawah rata rata rektor PTN di Indonesia, ya nggak usah. Sebab yang dibutuhkan adalah rektor dari luar negeri yang bisa membawa PTN menembus peringkat perguruan dunia yang lebih tinggi," ujar Mohammad Nasir di Kantor Kemenristekdikti, Jumat 2 Juli 2019.
Pemerintah menargetkan wacana impor rektor asing untuk memimpin perguruan tinggi negeri (PTN) bisa diterapkan pada 2020 mendatang. Selain itu, Nasir juga masih memetakan PTN apa saja yang bisa mulai mempekerjakan rektor asing pada 2020.
"Kalau tahun ini enggak bisa, saya targetnya di tahun 2020. Target 2020, kita perbaiki (aturan) 2019 harus selesai," kata Nasir.
Nasir tidak mempermasalahkan banyaknya pro dan kontra soal wacana mempekerjakan rektor dan tenaga pengajar di universitas yang bukan berasal dari Indonesia. Bahkan, ketidaksetujuan dari pihak Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pun menurutnya bukan masalah.
Kata dia, persoalan pro dan kontra adalah hal yang biasa untuk sebuah kebijakan.
"(Di DPR) Ya dibicarakan, pro-kontra hal biasa, yang penting kontra jangan terlalu membenci itu saja. Kalau kontra ajak bicara. Berilah kesempatan pemerintah untuk mengerjakan ini. Jangan sampai kontra benci semua tutup, itu tidak kooperatif," kata dia.
Yang terpenting kata dia, saat ini wacana tersebut harus bisa dijalankan. Sebab bagi Nasir inilah langkah terbaik untuk memperbaiki kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.
"Saya yakin ini jalan keluar terbaik untuk negara, untuk tingkatkan kualitas negara. Saya cuma kepingin Indonesia ada perguruan tinggi 200 dunia," kata dia.
Nasir juga menjelaskan mempekerjakan rektor dan tenaga pengajar asing bukan hal yang luar biasa atau sesuatu yang baru. Di beberapa negara, rektor dan pengajar asing sudah dipekerjakan di sejumlah universitas besar.
Bahkan kata Nasir, rata-rata kampus yang mempekerjakan rektor dan tenaga kerja asing masuk dalam 200 kampus terbaik di dunia. Kata Nasir, mempekerjakan rektor asing dilakukan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
"Rektor dari asing, dosen dari asing, itu di semua negara hal biasa bukan hal yang aneh, dan ini dalam rangka meningkatkan kualitas SDM yang harus dilakukan supaya ada kompetisi, daya saing," kata dia.
Sebelumnya, rencana Menrisktekdikti Mohamad Nasir mengimpor rektor asing menuai kritik. Salah satunya dari Guru Besar Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana. Menurut dia, meningkatkan ranking PTN Indonesia di level internasional harus dilakukan dengan menaikkan kualitas mahasiswanya. Pula, sarana dan prasarana kampus seperti perpustakaan dan laboratorium.
Komisi X DPR juga sudah angkat suara. Mereka meminta Nasir agar mengkaji ulang rencana mengimpor rektor asing untuk memimpin PTN di Indonesia.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko angkat suara rencana yang kadung menjadi polemik tersebut. Dia menjelaskan bahwa rencana itu ingin dilakukan agar ada kompetisi antara rektor asli Indonesia dengan warga negara asing. Dan Presiden minta gagasan ini diwujudkan.