Jangan Ada Anggapan Islam Hadir Membawa Masalah, Pesan Gus Baha'
KH Ahmad Bahauddin Nursalim, tak peduli yang memperhatikan dakwahnya seorang penggede atau pejabat tinggi. Tak peduli pula terhadap orang-orang yang dianggap paling intelek di antara suatu kampus. Prinsip Gus Baha', panggilan akrabnya, berdakwah harus disampaikan dengan bahagia dan menyenangkan.
Memang ada anggapan orang bahwa Islam hadir justru membawa masalah. Penjelasan Gus Baha justru membukakan mata kita akan pentingnya bersikap bijaksana kepada siapa pun.
"Jangan terlalu membesar-besarkan hal yang berpotensi membuat orang biasa jadi susah menjalankan syariat Islam," kata Gus Baha, Pengasuh Pesantren Hafidz Al-Quran di Narukan, Rembang, Jawa Tengah.
Ketika melaksanakan salat wajib, Gus Baha mewanti-wanti agar imam salat jangan terlalu lama membaca bacaan salat. Kanjeng Nabi, menurut Gus Baha’, sangat suka salat. Suatu saat ketika mengimami salat, beliau mendengar bayi menangis.
Rasulullah memutuskan untuk mempercepat salatnya. Khawatir ibu dari bayi yang jadi makmumnya.
Suatu saat, Gus Baha’ disowani oleh kiai yang menggerutu karena jamaahnya tak bertambah.
Sambil tertawa Gus Baha’ menjawab, “Lho orang yang tidak datang, jangan-jangan sudah hebat.”
“Kok bisa, Gus?”
“Kamu 'kan mengajarkan supaya orang berbuat baik kepada keluarganya. Mungkin orang yang tidak mengaji itu sedang mempraktikkan ajaran itu. Dia makan bakso dengan keluarganya.”
“Kalian 'kan mengajarkan supaya orang mencari nafkah halal. Nah, orang yang tidak datang itu jangan-jangan sedang bekerja mencari nafkah yang halal untuk kehidupan keluarganya.”
Kiai itu terdiam. “Masak sih, Gus?”
“Lho kamu itu dikasih tahu kok gak percaya. Makanya, jadi kiai itu yang bijak. Kiai itu penyangga umat banyak. Kalau mau bikin kajian, ya jangan saat orang bekerja. Jangan sampai orang-orang berpikir bahwa Islam itu hadir sebagai masalah.”
Gus Baha pernah mengingatkan, “Hindarilah omongan seperti misalnya saat Ramadhan, ‘Rugi, Ramadlan hanya setahun sekali kok gak shalat tarawih di masjid berjamaah.’ Itu namanya tak menghargai perasaan orang biasa”.
“Di luar sana itu, ada Satpam, penjaga toko, tukang ojek, tukang parkir, dan banyak pekerja di malam hari yang mungkin menangis di dalam hati. Mereka juga ingin tarawih, tapi mereka sedang bekerja.”
“Tarawih itu sunnah. Sementara mencari nafkah itu wajib. Menghindari diri dari kemiskinan secara ekonomi supaya tidak menjadi beban orang lain, itu hal yang utama. Dan dalam riwayat jelas sekali, Kanjeng Nabi itu sangat mencintai shalat tarawih, tapi sengaja meninggalkannya setelah beberapa hari shalat, supaya tarawih tidak dianggap sebagai ibadah wajib.”