Jamu An-Najah Merintis Usaha dari Coba-Coba hingga Sukses Jadi Mitra Semen Indonesia
Berawal dari coba-coba jamu herbal An-Najah, kini laris maris di pasaran. Hal ini lantaran resep khusus dari toko obat herbal yang dikembangkan oleh Ratna, warga Perumahan Bukit Karang Tuban.
"Belajar dengan sendiri, semua saya kembangkan sendiri. Saya coba-coba kok laris, dan banyak permintaan. Akhirnya saya produksi lebih banyak lagi," ujar wanita kelahiran Tuban, 4 Februari 1969 ini.
Dari produksinya, jamu An-Najah memuat berbagai macam pilihan rasa. Mulai dari kelor jahe merah, temu lawak, kunir biasa. Serta berbagai bentuk kemasan, seperti dalam bentuk jamu dalam botol, kemasan, serbuk, ada yang sekali minum sasetan, dll.
"Kemasan yang saya buat juga macam-macam, ada yang 22 gram, 225 gram, 500 gram sampai 750 gram, tergantung orang yang pesan mau yang mana," ucap Ratna.
Hingga kini, jamu buatan Ratna tersebut sudah dipasarkan di dua kota besar, yakni Jakarta dan Surabaya. Serta tak lupa daerah asalnya Tuban juga menjadi lokasi pemasaran utama.
"Aslinya pemasarannya di luar Tuban itu, 'Getuk Tular' yang pasti saya fokus di supermarket Tuban," katanya.
Selain itu, untuk menunjang produksinya tersebut, Ratna menghabiskan satu kwintal bahan baku dalam sebulan mulai dari jahe merah kunir dan lain sebagainya. Namun, ia tak selalu mengambil pusing mau ambil bahan baku dimana, karena dirinya sudah ada pemasok langganannya.
"Kalau untuk jahe merah saya ambil dari Jember dan Trenggalek, kalau bahan yang lainnya di Tuban banyak," paparnya.
Tak hanya itu saja, suksesnya usaha yang ia kelola saat ini juga karena bantuan modal dari Semen Indonesia yang telah memasukkannya kedalam UKM binaannya.
"Ya, memang pinjamannya tidak seberapa, tapi semen ini sangat membantu perkembangan usaha saya," lanjutnya. (hrs)
Advertisement