Jambangan Batu, Benda Purbakala untuk Pembersihan Jiwa
Ada sekitar 355 koleksi benda purbakala yang tersimpan di Museum Airlangga Kota Kediri hingga saat ini. Dari sekian ratus benda purbakala tersebut, salah satunya diyakini memiliki tuah dan setiap bulan Suro tiba selalu digunakan untuk ritual.
Benda Purbakala itu disebut Jambangan batu. Jambangan batu ini berbentuk silinder, tapi dengan permukaan lonjor mendekati lingkaran.
Diperkirakan Jambangan batu ini berfungsi sebagai wadah air suci. Hal ini diperkuat dengan adanya hiasan relief berupa gambar teratai yang merupakan lambang kesucian dari jiwa dan pikiran.
Bukan hanya itu, ada relief Arda Candra Kapala tengkorak yang menggigit bulan sabit yang mengarah pada Dewa Siwa, artinya ritual dilakukan mengacu pada Dewa Siwa.
Diceritakan Dwi Ari Setiawan selaku Staff Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Kediri bahwa di depan Jambangan batu terpahat sebuah relief tulisan Jawa Kuno.
"Ditemukan angka tahun 1118 yang berarti Jambangan Batu ini peninggalan Raja Brameswara yang memerintah kerajaan Kediri dalam kurun waktu 1115-1135," terangnya.
Jambangan Batu ini sudah dipindahkan sebanyak tiga kali. Sebelum Pemerintah Kota Kediri memiliki museum, Jambangan Batu tersebut pernah dititipkan sementara di Alun-alun Pendopo Kediri. Kemudian dipindahkan lagi ke Tirtoyoso, sebelum akhirnya berlabuh ke Museum Airlangga hingga sampai sekarang.
"Awalnya semua koleksi Museum Airlangga semula ditempatkan di Pendopo Alun-alun Kediri pada tahun 1952. Kemudian ada renovasi pembangunan Pendopo, sempat dipindahkan ke Tirtoyoso pada tahun 1982," ujarnya.
Karena arah kebijakan Pemerintah Kota Kediri untuk pengembangan pariwisata dan kebudayaan diarahkan ke barat sungai, maka didirikanlah Museum Airlangga.
Pemindahan Museum Tirtoyoso ke Museum Airlangga dilakukan pada tanggal 20 November-31 Desember 1991. Museum Airlangga diresmikan 6 Febuari 1992," beber Dwi Ari Setiawan.
Dwi Ari Setiawan menjabarkan, Jambangan Batu pada zaman dulu difungsikan untuk topo kum-kum (bertapa di dalam air) setiap Bulan Suro, batu ini digunakan oleh para penganut Kejawen untuk ritual mandi.
"Air yang ada di Jambangan ini kalau kita kaitkan dengan Samudra Mantana atau Lautan susu. Artinya orang yang melakukan ritual di sini akan mendapatkan tentang kebersihan pikiran jasmani dan rohani. Terus dia mendapatkan keberkahan tolak balak, artinya dari segala hal yang negatif kayak disantet orang dan lainnya bisa hilang dengan melakukan topo kum-kum," ungkapnya. (Bersambung)