Jamaah Tablig Sempat Dicurigai Penyebar Aliran Sesat Dan Kelompok
Jamaah Tablig (JT) yang mengabarkan tentang keimanan dan kebaikan dari kota kota, sering dipersepsikan negatif. Bahkan ada beberapa pengurus masjid yang menolak kehadirannya. JT dicurigai bagian dari penyebar aliran sesat dan penganut Islam garis keras.
Namun persepsi negatif masyarakat tersebut diterima dengan lapang dada, tidak membuat kelompok JT ini patah semangat kemudian berhenti berdakwah.
"Kami harus bersabar, mungkin orang orang yang menolak itu, belum tahu misi yang kami bawa," tutur anggota Jamaah Tablig asal Medan, Abdullah Syupri, di Mushollah Assalam, Kampung Rawa Timur Kebun Jeruk Jakarta Barat.
Abdullah bersama kelompoknya berjumlah 10 orang mendapat tugas 'menggarap' Jakarta selama tiga bulan secara berpindah pindah sejak pertengahan April 2019. Anggota JT sesungguh nya telah 'mewakafkan' dirinya untuk berdakwah. Berbulan bulan mengembara sampai ke luar negeri meninggalkan keluarga, istri dan anak, untuk amar makruf nahi munkar (mengajak pada kebaikan dan meninggalkan keburukan).
"Itu saja misi kami, tidak ada kaitannya dengan politik dan berbenturan dengan SARA, Pancasila dan NKRI," kata Abdullah.
Selama berdakwa JT tidak boleh meminta bayaran kepada siapun, katanya. Kelompok yang berangkat bersama Abdullah ini dua di antaranya sarjana, yang menguasai berbagai bahasa seperti bahasa, Inggris, Jerman dan Arab. Mereka itu adalah Mohammad Amin dan Mohammad Nur Soleh. Usianya 44 tahun dan bergabung JT sejak lulus SMP.
Menurut M Amin, masyarakat sering terjebak oleh atribut atau pakaian yang dikenakannya, gamis bersorban dan jenggot, mirip orang Timur Tengah.
"Sebenarnya tidak ada keharusan berdandan itu seperti itu. Tapi suka suka saja meniru cara Rasulullah berpakaian," kata Amin.
Bapak tiga anak ini t memiliki jam terbang puluhan tahun sebagai dai, di dalam dan di luar negri antara lain AS, Inggris India dan Banglades
Lalu bagaimana dengan keluarga yang ditinggal sampai berbulan bulan? Amin mengakui pertanyaan seperti itu memang sering muncul.
"Sebelum berangkat kebutuhan kelurga kami siapkan lebih dulu, sedang untuk pengawasan keselamatannya kami serahkan pada Allah, tuturnya.
Amin maupun Nur Soleh menyebut keluarganya ikhlas. "Kalau yang disasar perempuan, kami baru mengajak istri sebagai ujung tombak," katanya.
Untuk kebutuhan makan dan minum selama berdakwah, anggota JT masak sendiri dari bekal yang dibawa. "Kami tidak boleh mengharap bantuan di tempat berdakwah,"
Moh Nur Soleh menjelaskan secara rinci bahwa Jamaah Tabligh atau Tablighi Jama'at(Society for Spreading Faith) adalah gerakan pendidikan dan da'wah global yang tujuan utamanya adalah membangun pengakuan sejati Allah dengan undangan yang diadopsi oleh Nabi Suci Muhammad untuk memperbaiki iman dan tindakan pada periode awal ketidaktahuan di Semenanjung Arab.
Saat ini Jamaah Tabligh beroperasi di sekitar 240 negara di seluruh dunia, termasuk di Eropa Barat. Jamaah Tabligh menjauhi dunia luar yang keras, dan menciptakan suasana spiritualitas, solidaritas, dan tujuan di antara mereka yang terbukti sangat menarik.
Reformasi masyarakat dicapai melalui pembaruan rohani pribadi. Untuk tujuan ini, kelompok mendorong para pengikutnya untuk melakukan misi pengabaran jangka pendek, yang dikenal sebagai khuruj, untuk memperkuat norma-norma dan praktik keagamaan yang, dalam pandangannya, mendukung masyarakat moral. Misi-misi ini biasanya berlangsung dari beberapa hari.
Beberapa jamaah Mushollah Assalam dan Masjid Al Ansor Jakarta Barat, menganggap masyarakat kebanyakan tidak tahu siapa sebenarnya Jamaah Tablig yang berkantor pusat di Masjid Jamik Kebun Jeruk Jalan Hayam Wuruk Jakarta Pusat ini dan apa misinya.
"Sebelum berdakwah di depan jamaah yang baru sholat fardu sebaiknya bersilaturahmi dulu, tidak ujuk ujuk ceramah supaya terjalin komunikasi yang baij. Dengan kata lain tak kenal maka tak sayang "katanya. (asm)
Advertisement