Jam Malam Tahun Baru Efektif, Pedagang Menjerit
Pemberlakuan jam malam di pergantian tahun baru 2021 di wilayah Blitar efektif membatasi kerumunan. Namun demikian, para pedagang yang biasanya panen di malam pergantian tahun yang menjerit.
"Memang yang kasihan pada malam tahun baru ini para pedagang. Biasanya mereka mendapat rejeki banyak, malam tahun baru ini yang sengsara," kata Arif Agus Setiawan, penjual ketan susu di Jalan Tanjung, Kota Blitar.
Arif yang mantan aktivis dan pemusik ini memang sekarang berjualan ketan susu. Warungnya menjadi salah satu tempat kongkow anak muda yang terkenal di kota tempat Presiden RI pertama Bung Karno ini dimakamkan.
Berdasarkan hasil ngopibareng.id, beberapa jalan protokol di Blitar semalam memang sepi. Hanya ada beberapa mobil dan motor yang lewat. Toko dan warung juga tutup sejak sore hari.
Setiap pertigaan atau perempatan menuju alun alun kota Blitar berderat deret rambu rambu pembatas. Petugas kepolisian melakukan penyekatan di beberapa ruas menuju alun-alun kota Blitar.
Di beberapa titik jalan protokol Kota Blitar tampak sejumlah anak muda kongkow santai di pinggiran toko. Namun, mereka tetap menerapkan protokol kesehatan dengan jaga jarak dan pakai masker.
Arif dengan sejumlah kawannya juga kongkow di tempat ia biasa berjualan ketan susu. Namun, malam tahun baru dia tidak berjualan. Rombong yang biasa melayani pelanggan kosong tanpa isi.
Ia mengaku setuju dengan penerapan jam malam saat tahun baru untuk memutus penularan Covid-19. Namun demikian, pemerintah seharusnya juga memperhatikan para pedagang kaki lima yang kehilangan penghasilan karena kebijakan itu.
Arif menilai bahwa kebijakan pemerintah di Blitar terkait pandemi Covid terkesan setengah-setengah. Ia minta dalam menghadapi pandemi ini, Pemkot Blitar tegas. "Kalau mau lockdown, ya lockdown sekalian," katanya.
Ia menyontohkan, meski ada pemberitahuan sebelumnya tentang jam malam tahun baru, masih banyak PKL yang buka. Nah, karena kerumunan dilarang maka mereka menjadi rugi.
"Mestinya ada intervensi pemerintah kepada para pedagang kecil yang tidak bisa berjualan selama jam malam. Bentuknya bisa apa saja," katanya.
Dia bilang, para pedagang kaki lima yang selama ini mengais rejeki di jalanan kota Blitar betul-betul menjerit. Sementara banyak diantara mereka yang tidak punya sumber pendapatan lainnya.
Nasib yang sama juga menimpa para musisi selama pandemi. Dengan tutupnya kafe-kafe selama ini mereka juga sepi pendapatan. Padahal, ada musisi yang memang karena hobi dan ada yang menggantungkan hidup dari bermain musik.
Arif berharap pandemi Covid ino biaa segera berakhir. "Kalau tidak, harus ada program penyelamatan dari pemerintah kota untuk mereka semua," tegasnya.
Advertisement