Jalan Tuhu
Tuhu dalam bahasa Jawa berarti jujur. Juga berkomitmen terhadap pekerjaannya. Bertanggungjawab terhadap apa yang diamanahkan. Ada unsur loyalnya.
Saya tidak tahu mengapa bapaknya memberi nama Tuhu Bangun. Pastinya punya harapan besar untuk anaknya melalui nama yang disematkan.
Nama dengan dua kata yang positif dan bermakna aktif. Bangun bisa berarti bangkit. Bisa juga terjaga. Jadi Tuhu Bangun bisa diartikan orang yang selalu bangkit dalam ketulusan.
Tuhu Bangun adalah Direktur PTPN X. Yang baru tahun lalu memimpin BUMN yang bergerak di bidang perkebunan dan industri gula serta tembakau ini. Menggantikan Aris Toharisman yang kini jadi Direktur PT SGN (Sinergi Gula Nusantara).
Dia selalu mengenakan peci hitam. Kecuali saat blusukan ke kebun tebu atau tembakau yang menjadi core bisninya. Di kantor dan setiap bertemu orang selalu berpeci.
Pria asal Pekanbaru, Sumatera ini, tampak selalu bersemangat. Juga terhadap pekerjaannya. Baru beberapa bulan menangani PTPN X, ia bikin pelatihan bina mental karyawan.
Mereka gembleng pejabat tingkat menengahnya di Bumi Marinir Surabaya. Selain dilatih fisik, mental dan kebersamaan, juga diisi rohaninya. Mendatangkan ustad motivator KH Dr Wijayanto dari UGM.
Ia ingin memberikan ruh baru kepada semua karyawan. Ruh untuk berubah. Menjadikan tempat kerjanya sebagai medan pengabdian. Untuk diri mereka dan negara bangsa.
Ia pun sering menceritakan berbagai langkahnya perubahan itu setiap saat. Perubahan mindset para manajer menengahnya. Yang dikawalnya sampai lapangan.
Saya bersama Komisaris Utama Wahyu Widodo tentu tak serta merta percaya. Apalagi saya orang lapangan. Selalu ingin faktualnya. Bukan hanya yang diomongkan. Betulkah telah terjadi perubahan.
Maka dalam sebulan terakhir saya ikut ke lapangan. Touring kebun dengan menggunakan motor trail. Di Kediri-Blitar dan Jember-Banyuwangi. Bersama para pimpinan PTPN X.
Menyusuri kebun tebu milik PTPN X. Yang berada di lereng Gunung Kelud, mulai dari Kediri sampai Blitar. Berakhir di Kebun Ngungsri. Kira-kira 25 kilometer dari kota tempat Bung Karno dimakamkan.
Kerja sambil kembali melatih andrenalin. Touring dengan motor trail di perkebunan. Sekaligus menguji refleks yang sudah lama nggak teruji karena kesibukan dan usia. Asyik.
Dua minggu berikutnya sambang kebun Tembakau di Jember. Juga pabrik tempat pengolahan daun tembakau untuk diekspor sebagai bahan cerutu. Yang selama ini punya pasar di Eropa dan Amerika.
PTPN X memang bukan hanya memproduksi gula. Tapi juga tembakau dan kedelai edamame untuk ekspor. Dua yang disebut terakhir pabriknya ada di Jember. Untuk tembakau, selain di Jember ada juga di Klaten.
Rupanya Tuhu Bangun sedang menerjemahkan transformasi besar-besaran di BUMN Perkebunan. Yang sedang berjuang untuk menjadi penyangga kedaulatan pangan. Khususnya gula.
Karena tugas anak perusahaan di proses produksi, ia memulainya dari yang paling dasar: sumberdaya manusia. Ia benahi manusianya. Ia bangkitkan spiritnya. Ia dorong untuk berubah.
Tak hanya di perkebunan yang menjadi pemasok bahan baku. Tapi juga di pabriknya. Yang selama ini dianggap sebagai biang keladi kegagalan BUMN menjadi penyangga gula nasional. Dianggap kalah dengan swasta.
Berhasilkah Tuhu? Dari hasil nguping selama touring, saya menangkap mulai ada hasil. Setiap pos istirahat touring, mereka yang terdiri para pimpinan itu berdiskusi tentang tanaman dan proses produksi.
Tanpa sungkan mereka saling berdebat. Termasuk dengan Tuhu Bangun dan Executive Senior Vice President (ESVP) yang juga ikut touring. Mulai proses di perkebunan sampai dengan proses produksi di pabrik gula.
Bahkan berdiskusi keras tentang strategi saving energy dan mengatur pabrik agar tidak terlalu sering on dan off. Untuk tujuan ini, mereka pun bahas perencanaan pasokan bahan baku secara matang.
Pengalaman saya menangani industri kreatif, jasa dan manufaktur, sentuhan Tuhu sudah mulai mengena. Menjadikan semua pimpinan punya tanggungjawab terhadap peran dan fungsinya masing-masing.
Apalagi, mulai tahun ini juga diberlakukan model reward kepada mereka yang berprestasi. Diberikan penghargaan di depan para anak buahnya. Dipersaingkan antara satu dengan yang lain. Yang berprestasi diberi penghargaan. Yang belum disemangati.
Tidak akan ada kemajuan tanpa kompetisi. Ini berlaku juga dalam manajemen SDM di setiap organisasi. Apalagi entitas perusahaan yang lingkungannya terus berubah dan dituntut untuk terus maju. Kompetisi dalam sebuah teamwork. Kompetisi dalam kebersamaan.
Kalau saja operasional pabrik masih tetap dalam kendalinya, akan bisa dilihat hasil akhir Jalan Tuhu yang telah dipilihnya. Apakah bisa menuai hasil optimal atau belum. Apakah produksi gula bisa terjamin baik atau masih perlu waktu lagi.
Aksi korporasi yang diambil PTPN Holding akan memisahkan pabrik gula dari entitas PTPN sebelumnya. Semua pabrik gula di bawah BUMN dimerger ke dalam satu perusahaan baru. Tahun ini mulai beroperasi dengan target besar lima tahun ke depan.
Tuhu Bangun telah menyiapkan suprastruktur di lingkungan PTPN X untuk semua itu. Saya pun ingin melihat hasilnya, tahun ini. Baik produksi masih dalam satu entitas sebelumnya atau sudah dalam entitas barunya.
Komisaris Utama PTPN X Wahyu Widodo menyebut cara Tuhu Bangun ini "setengah gila". Langkah-langkah manajerialnya maupun dalam hal mengendarai motor trailnya.
Terkadanng memang dibutuhkan orang "gila" untuk sebuah perubahan.
Advertisement