Jalan Taubat, Kesadaran Transendensi Orang-orang Lalai
Di padang gersang, terdapat sebuah jalan lurus menuju kota Damai. Orang yang mengikuti jalan lurus ini dijamin akan sampai ke tujuan. Di sepanjang jalan banyak gangguan, sehingga orang yang seharusnya mengikuti jalan ini akan mengalami distraksi, kehilangan fokus sehingga menjauh dari jalan yang lurus.
Semakin jauh ia terdistraksi, semakin ia melenceng dan semakin sulit menemukan jalan yang lurus. Ia sadar harus segera kembali, proses kembali inilah yang disebut sebagai taubat.
Jalan yang lurus (shirothol mustaqim) memandu manusia ke kampung akhirat. Sepanjang jalan ini ada banyak penyesat yang disebut sebagai setan (syaithon). Akar kata setan adalah syin-tho-nun yang berarti menjauh, terpencil. Jobdesk mereka adalah sebagai distraksi, membelokkan manusia agar semakin menjauh dari jalan lurus ini. Manusia yang sadar sudah menyimpang dari jalan yang lurus, perlu berbalik kembali dengan taubat.
Cara taubat diterima adalah dengan segera melakukan setelah berbuat kesalahan yang disebabkan karena kebodohan/kelalaian, jangan menunda hingga datang ajal.
Semakin cepat kembali, semakin kecil usaha yang perlu dilakukan untuk tetap berada di jalan yang lurus. Jika menunda hingga sampai ajal, kita tidak tahu berapa besar usaha yang dibutuhkan untuk kembali ke posisi awal, dan kecil kemungkinan bisa kembali pada jalan ini.
Wanita (An-Nisā'):17 - Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Wanita (An-Nisā'):18 - Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.
Rangkaian proses taubat yang diajarkan yaitu dengan mengoreksi diri sendiri, mengakui perbuatan, memperbaiki kesalahan, menghadirkan bukti/penjelasan terhadap kesalahan yang sudah dilakukan
Sapi Betina (Al-Baqarah):160 - kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang.
Kemudian berdedikasi khusus hanya pada Allah dengan beriman dan bersyukur padaNya
Wanita (An-Nisā'):146 - Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.
Wanita (An-Nisā'):147 - Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.
Sebuah doa diajarkan Allah untuk memahami hakikat taubat :
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (Al Ahqaf 46:15)
Taubat tidak hanya soal penyesalan, tetapi bagaimana kita ingin bersyukur karena nikmat dan rezeki yang sudah diberikan, serta berserah diri padaNya. Kalau kita merasa telah melakukan perbuatan yang tercampur, yaitu tidak tahu apakah benar atau salah, maka sisihkan harta kita untuk disumbangkan demi Allah, yaitu pemberian sedekah kepada orang lain yang membutuhkan
Pengampunan (At-Tawbah):102 - Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.
Pengampunan (At-Tawbah):103 - Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Pengampunan (At-Tawbah):104 - Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?.
Hal itu termasuk bentuk bersyukur dan berserah diri.
Adapun kondisi saat taubat belum diterima:
Pengampunan (At-Tawbah):118 - dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Merasa bumi menjadi sempit.
Merasa tidak ada tempat lari dari Allah.
Dan kondisi setelah taubat diterima :
Nabi Hud:3 - dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.
Diberikan kenikmatan yang baik terus-menerus hingga waktu tertentu.
Diberikan keutamaan, perhatian dari Allah.
Kelapangan dada, ketenangan hati dan pikiran, dan juga keyakinan berada dalam bimbinganNya (kebalikan dari kondisi sebelum)
Jangan lupa untuk bersyukur karena taubat sudah diterima, dan karena sudah berada di jalan yang lurus.
Allah mengetahui siapa yang Dia terima taubatnya. (saleh brik subsidi)
JADILAH MUSLIM YANG BAIK
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً . الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ . التَّقْوَى هَهُنَا –وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ.
Dari Abu Hurairah ra. dia berkata, Rasulullah SAW. bersabda :
" Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, ( dia ) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini ( seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali ). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya. "
( H. R. Muslim no . 6706 )
Wallahu a'lam. Semoga bermanfaat. Amiin