Jalan Panjang Kiper Muda Persebaya, Berawal dari Jaga Warkop
Menjadi salah satu pemain muda yang diorbitkan Aji Santoso pada September lalu membuat kehidupan Andhika Ramadhani mulai berubah. Namun siapa sangka jalannya cukup panjang untuk bisa menjadi bagian skuad Persebaya senior.
Penjaga gawang muda tersebut ternyata harus berjuang keras demi mewujudkan mimpinya menjadi pesepakbola profesional. Andhika adalah anak yatim yang tinggal bersama sang ibunda. Ayahnya sudah meninggal saat dirinya masih kecil. Hidup bersama ibunda membuatnya harus pintar membagi waktu antara karier dan keluarga.
Setiap hari pemain yang akrab disapa Dhika tersebut ikut membantu menjaga warung kopi milik orang tuanya. Rutinitas tersebut dijalani beriringan dengan latihan sepak bola.
"Saya sudah bantu ibu di warung sejak kecil. Waktu SD sih cuma bantu sedikit, nah pas sudah SMP sudah berani jaga warung sendiri. Alhamdulillah rutinitas ini tidak pernah mengganggu impian saya. Bahkan membuat saya lebih semangat dan disiplin, jadi tahu jam, kapan harus bantu orang tua, kapan harus serius ngejar karier," kata Andhika.
Jebolan klub internal Persebaya, El Faza tersebut rupanya tak pernah meminta upah dari keringatnya menjaga warung sang Ibu. Dirinya justru menambah kesibukan dengan bekerja di tempat lain. Salah satunya dengan membantu kakak sulungnya.
"Saya tidak dibayar dan tidak minta bayaran jaga warung. Murni karena mau bantu orang tua. Saya cuma minta ridho ibu saja, insya Allah yang lain lancar. Kalau urusan beli sepatu atau perlengkapan saya biasanya ikut-ikut kerja. Bisa bantu kakak atau ikut kerja di ruko sekitar warung," ujarnya.
Bahkan saat sudah berlatih bersama tim senior, Dhika tidak berhenti membantu ibundanya. Dirinya bahkan tidak tinggal di apartemen tempat pemain Persebaya menginap. Karena pemain yang ikut mengantar Persebaya U-20 juara musim lalu tersebut tidak tega meninggalkan ibunya di rumah sendirian.
Padahal jarak yang ditempuh Dhika cukup jauh setiap harinya. Rumahnya ada di daerah Tanjung Perak, sedangkan Bajul Ijo lebih sering berlatih di Sidoarjo.
"Saya waktu masih latihan kemarin ya tetap bantu ibu. Siang bantu jaga, agak sore berangkat ke tempat latihan. Jaraknya ya lumayan, tapi karena mungkin sudah biasa ya jadi gak terasa. Saya juga gak berani tinggal di apartemen. Karena gak tega ibu di rumah sendiri, sudah sepuh soalnya," katanya.
Dhika berharap kompetisi sepak bola di Indonesia segera dimulai lagi. Agar dia bisa berjuang mendapatkan kesempatan bermain dan membuat ibunya bangga. Selain itu juga untuk membantu perekonomian keluarganya.
"Selain jaga warung pastinya ibu pengen saya berhasil. Kalau bisa main bagus di tim senior Persebaya insya Allah bisa bikin ibu bangga. Semoga saja kompetisi segera digulirkan," pungkasnya.