Jalan Pakis Argosari Ambrol, Pakar Sebut Bukan Bencana Geologi
Pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Amien Widodo mengatakan, jalan ambles di kawasan Pakis Argosari, pada Kamis, 29 Desember 2022, bukan bencana geologi.
Hal tersebut, kata Amien, karena bencana geologi biasanya memiliki dampak yang luas. Sedangkan, kejadian di Jalan Pakis Argosari hanya melingkupi tanah dengan luas 15 kali satu meter.
“Iya (bukan bencana geologi). Kalau kejadian geologi (dampaknya) sangat luas,” katanya, ketika dikonfirmasi, Senin, 2 Januari 2023.
Menurut Amien, ambrolnya penutup aliran air biasanya terjadi karena konstruksi gorong-gorong yang ambles. Terkadang, peristiwa serupa terjadi usai pembersihan sampah di selokan. “Yang umum dan sering terjadi karena pendalaman gorong-gorong atau pembersihan sampah sehingga saluran makin dalam. Tebing kiri kanan sering longsor,” ucapnya.
Selain itu, lanjut Amien, amblesnya jalan juga bisa disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi. Sebab, tanah di dinding saluran air menjadi lebih lembek hingga menyebabkan longsor.
“Sering terjadi saat musim hujan karena tanahnya jenuh dan lembek, melorot. Kemungkinan iya (disebabkan karena dinding gorong-gorong rapuh). Apalagi (dampaknya) hanya lokal saja,” jelasnya.
Saat ini, Amien bersama tim peneliti ITS sedang melakukan koordinasi dengan otoritas terkait. Dia berniat untuk meneliti kejadian amblesnya tanah di Pakis Argosari itu lebih lanjut.
Sebelumnya, BPBD Surabaya, imbau masyarakat perhatikan kontruksi saat membuat penutup selokan. Agar kejadian amblesnya Jalan di Pakis Argosari tidak terulang.
Diketahui, ambrolnya Jalan Pakis Argosari di depan Persil F-7 dan F-6 ambrol pada Kamis, 29 Desember 2022. Diduga area tersebur ambles lantaran kontruksi penutup saluran air kurang kuat.
Kepala BPBD Surabaya, Hidayat Syah mengatakan masyarakat diminta memperhatikan bahan penutup saluran air. Sebab, dilalui kendaraan keluar masuk rumah setiap harinya.
Selain itu, kata Hidayat, penutup bagian atas saluran air juga diimbau tidak menutupi seluruhnya. Pasalnya, ruang terbuka di gorong-gorong digunakan sebagai aliran air hujan. “Jadi masyarakat kalau membuat penutup saluran air (bagian atas) jangan tertutup semua, harus ada yang terbuka,” katanya kepada Ngopibareng.id, Senin, 2 Januari 2023.
Hidayat mengungkapkan, masyarakat juga harus memperhatikan kontruksi penahan penutup saluran air. Sebab, benda tersebut mudah mengalami pengeroposan saat terkena air dan udara. “Terus kalau membuat kontruksinya harus kuat, jadi tahan lama. Karena kan besi-besi kontruksinya bisa korosit atau kropos,” jelasnya.
Advertisement