Jalan Menata Hati, Memahami Ilmu Semar Mesem
Ki Semar Bodronoyo sedang dalam suatu pertemuan, berbincang-bincang dengan putra-utranya: Petruk, Gareng, Bagong. Dialognya sebagai berikut.
Gareng : Romo pernah dicaci-maki seseorang?
Semar : Pernah....!!!
Petruk : Pernahkah dimusuhi seseorang?
Semar : Pernah....!!!
Bagong : Apa pernah dibenci seseorang,?
Semar : Ya pernah....!
Gareng : Sampeyan juga pernah dihujat seseorang?
Semar : Pernah....!
Petruk : Apakah semua itu dilakukan secara terang-terangan?
Semar : Ya ada... Ada yang dilakukan secara terang-terangan. Ada juga yang hanya dilakukan secara diam-diam dari belakang...!!
Bagong : Lantas apa yang Romo perbuat terhadap orang-orang itu..?
Semar : Aku yo mesem wae (senyum saja) tho! Thole, nggèr... Anak-anakku cah bagus, padha dirungokna ya....!!!
Aku tidak balik mencaci-maki dia. Aku pun tidak merasa harus memusuhinya. Tidak pula akan membencinya, aku juga tidak berpikir akan membalas hujatannya...
Gareng (penasaran) : Kenapa bisa demikian, Romo?
Semar : Itu karena pikiran serta hatiku tidak terfokus pada siapa yang mencaci-maki,
siapa yang memusuhi. Siapa yang membenci dan siapa yang menghujat.
Pikiran dan Hati ku hanya Terfokus pada: Siapa yang menggerakkan lidah mereka sehingga mencaci-maki aku, Siapa yang menggerakkan jiwanya sehingga memusuhi aku. Siapa yang menggerakkan hati nya sehingga membenci aku dan siapa yang menggerakkan pikirannya sehingga membuat mulutnya menghujat aku...!!!
Petruk : Dia itu siapa, Romo..?
Semar : Dialah Gusti Allah yang Maha Pencipta alam semesta ini serta segala isinya.
Dialah sebagai Maha yang Berkuasa atas segala sesuatu yang sudah, yang belum, yang sedang dan yang akan terjadi..sesuai dengan kehendak-Nya.
Ya hanya Dia-lah satu-satunya yang memberi kemampuan dan kekuatan pada orang-orang itu Sehingga...
☑ Lidahnya bisa mencaci-maki,
☑ Jiwanya bisa memusuhi,
☑ Pikirannya bisa membenci dan...
☑ Bibirnya bisa menghujat diri ini.
Tanpa-Nya tentu mustahil bisa terjadi..!!!
Sehingga aku beranggapan, sebenarnya cacian, kebencian, permusuhan dan hujatan itu sengaja dihadirkan Guti Allah agar...:
Jiwaku menjadi kuat melewati rintangan dan hatiku menjadi hebat tatkala menghadapi ujian!
Jadi, adalah salah besar jika aku menyalahkan orang-orang itu. Apalagi membalasnya. Oh... Bagiku itu tidak perlu, bahkan orang berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi pada Kehidupan ini tidak mungkin terjadi secara tiba-tiba! Semua sudah diatur sedemikian rupa oleh-Nya.
Maka apa pun kenyataan yang aku terima kemarin, hari ini atau suatu hari nanti, tidak ada kata sia-sia. Bahkan di balik semua itu, pasti ada hikmah terbaik yang bisa mengubah kehidupanku agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Karena aku tahu, sesungguhnya Gusti Allah itu Maha Baik.
Ngger anak-anakku, kowe kabeh...,
☑ Jangan terpengaruh kalau dihina.
☑ Jangan hati melambung kalau dipuji.
☑ Tidak penting dianggap orang baik,
☑ Yang penting terus belajarlah menjadi orang yang baik dan bertanggung jawab
☑ Urip tebar manfaat
Demikian sekilas tentang Ilmu "Semar Mesem" yang asli tentang laku diri bukan berburu jimatnya. Semoga kita bisa mempraktikkannya walaupun penuh rintangan. Mari bersama-sama belajar mengolah hati.
Usia akan terus berjalan dan seiring waktu akan terus berkurang yang lazimnya menjadikan seseorang bersabar dan makin arif dan bijaksana dalam bertutur budi pekertinya.
Mari kita bersama-sama belajar tentang mengolah hati. Demikian pesan sesepuh leluhur kita di Nusantara.