Jalan Memahami Diri Sendiri, Ini Pesan Kiai Miftachul Akhyar
Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengatakan, sekiranya seseorang ingin mengetahui siapa dirinya, harus melakukan puasa dengan memahami arti puasa itu. Puasa adalah untuk melahirkan kembali identitas kita, siapa kita sebenarnya.
“Ada sebuah syair yang mengatakan, 'Hai pelayan jasad, sebelas bulan melayani jasad sehingga kita lupa siapa kita. Dari barat ke timur, lebih banyak mengurusi jasad, urusan insaniyah kita kecil sekali, redup dan mungkin hilang,” katanya.
Karena itulah saat berpuasa yang telah berlalu, lanjutnya, sebulan penuh umat Islam dimasukkan ke dalam sebuah candradimuka, sebuah pendidikan untuk menemukan kembali identitasnya masing-masing, menuju kembali ke kemanusiaannya untuk mengetahui dirinya sendiri.
Kiai Miftah mengajak umat Islam untuk menjadikan Ramadhan sebagai madrasah revolusi mental dan spiritual. Ramadhan tidak hanya menahan dari berlapar-lapar dan haus saja.
“Mungkin lima hari lagi kita menyudahi puasa, menjalani puasa tanpa pemaksaan, tapi tumbuh dari sebuah kesadaran. Puasa harus kita jadikan sebagai sebuah revolusi mental spiritual yang diharapkan bisa menemukan jatidiri kita,” katanya.
“Sebulan saya kira merupakan pelatihan yang cukup dan itu tiap tahun datang. Coba angan-angan kembali selama ini seberapa ruginya dan seberapa ukurannya kerugian itu hanya karena dalam sebelas bulan itu kita melayani jasad, fisik kita?” tuturnya. (adi)
“Ada sebuah syair yang mengatakan, 'Hai pelayan jasad, sebelas bulan melayani jasad sehingga kita lupa siapa kita. Dari barat ke timur, lebih banyak mengurusi jasad, urusan insaniyah kita kecil sekali, redup dan mungkin hilang,” kata Kiai Miftah.
Advertisement