Jalan Khusus Menjadi Wali Allah, Ini Kriteria dan Tuntunannya
KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha') sering kali dalam ceramahnya menyebut soal Wali Allah (Waliyullah). Mereka yang sangat dekat dengan Allah Ta'ala karena tingkat ketakwaan dan ketaatan pada Allah Ta'ala semata.
Guna memahami hal itu, berikut langkah-langkah memahami kehidupan para Wali Allah. Sekaligus dijelaskan soal kriteria dan tuntunannya:
Dalam Hadits Arbain urutan ke-38 disebutkan: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu (R.a.) berkata, Rasulullah Shallallahu alahi wasallam (SAW) bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Barangsiapa yang menyakiti waliku, maka Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai selain apa yang Aku wajibkan baginya. Hamba-Ku senantiasa mendekat diri kepada-Ku dengan amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Apabila aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku, pasti aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepada-Ku pasti aku lindungi.’” (HR. Bukhari).
Penjelasan Hadits
Hadits di atas termasuk dalam kategori qudsi. Hadis qudsi ialah perkataan Rasulullah Saw yang disandarkan kepada Allah Swt. Hadis qudsi di atas telah dengan jelas menerangkan tentang siapa wali itu dan bagaimana cara menjadi wali.
Wali secara bahasa bermakna al-qarib atau dekat. Sehingga para Wali ialah mereka yang senantiasa dekat dengan Allah Swt. Mengutip Ibnu Taimiyah, Wali Allah adalah mereka yang beriman dan bertakwa.
Ulama lain mengatakan bahwa Wali ialah orang-orang yang beriman dan bertakwa selain Nabi. Sebagai seorang Wali, seluruh tubuhnya melambangkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
“Wali adalah setiap orang yang banyak melakukan perbuatan, di mana perbuatan itu sampai mendatangkan kecintaan Allah kepada dirinya. Wali itu dari sorot matanya, pendengarannya, kakinya, itu melambangkan bagaimana kecintaan seorang hamba kepada Allah".
Cara menjadi Wali Allah telah termaktub dalam QS. Yunus ayat 62-63 yang berbunyi: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.”
Ayat ini memberikan peringatan bahwa karakter para Wali tidak memiliki rasa khawatir dan tidak pula bersedih hati karena mereka senantiasa beriman dan bertakwa. Dengan demikian, cara menjadi Wali Allah adalah melakukan amalan-amalan pokok dan konsisten melaksanakan amalan-amalan sunnah.
“Di sini kita mendapatkan hikmah bahwa untuk menjadi Wali Allah kita harus dekat dengan Allah, tidak cukup hanya mengaku beragama Islam, tapi juga rajin melakukan amalan-amalan sunnah. Jangan mudah mengaku Wali, jika kita masih jauh dari Ilahi,".
Demikian penjelasan Budi Jaya Putra, anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah dalam kajian yang diselenggarakan Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan.