Jalan Keluar Jusuf Kalla
Keadaan Jakarta sempat kalut pasca kerusuhan 21-22 Mei lalu. Mencekam. Semua pihak kokoh pada posisi. Yang dibutuhkan hanya satu: sang pembuka pintu, pemecah kebuntuan.
Sepertinya, peran ini yang sigap diambil Pak Jusuf Kalla (JK). Dengan marwahnya, Wakil Presiden RI itu mencoba membuat jalan keluar. Sosok dan wibawanya masih dianggap oleh Pak Prabowo dan para tokoh gerakan yang dianggap keras itu.
Pak JK akhirnya bertemu Pak Prabowo, pada Kamis sore, tanggal 23 Mei lalu. Saat dikonfirmasi oleh wartawan, Pak JK tidak mengamininya secara terbuka. Dia memilih menjawab diplomatis.
Politis senior itu mengaku bertemu banyak tokoh dan sahabat. “Itu saja yang bisa saya katakan. Banyak, termasuk malam ini begitu banyak sekali kita ketemu tokoh," ungkapnya di rumah dinas Wapres, Jalan Diponegoro, Jakarta, Kamis malam, 23 Mei lalu. Namun, Bang Sandiaga Uno, pasangan Pak Prabowo mengakui adanya pertemuan itu.
Tak cuma itu. Dalam nyenyat, Pak JK ternyata bekerja sangat keras. Diam-diam, dia juga menghubungi tokoh-tokoh garis keras itu. “Satu-persatu diteleponi sama beliau,” jelas salah seorang staf terdekatnya.
Apa pesannya? “Intinya minta menenangkan masa masing-masing,” tambahnya. Usaha komunikasi itu membuahkan hasil. Kondisi tensi politik yang panas mulai mereda. Kerusuhan dan gerak demonstrasi menurun. Bahkan berhenti.
Pak JK, yang kenyang asam garam politik itu paham, perjalanan rekonsiliasi masih panjang. Sehingga dalam pertemuan itu, belum ada tawaran apapun. Atau ajakan ke Pak Prabowo agar bergabung ke pemerintahan.
“Belum membicarakan ke arah itu. Baru mencoba memecah kebuntuan saja,” tambah orang dekatnya.
Perkembangan terakhir, kubu Pak Prabowo dan Bang Sandi menempuh jalur hukum. Langkah seturut undang-undang terkait hasil Pilpres 2019. Mengajukan tuntutan lewat Mahkamah Konstitusi (MK).
Yang pasti, Pak JK akan menemukan jalan keluar bagi perdamaian konflik politik ini. Jam terbangnya, membuktikan hal itu. Dia juru damai ulung untuk konflik Aceh, Poso, hingga Maluku.
Terkait kiprah untuk perdamaian Aceh, mantan Menteri Pertahanan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Tengku Zakaria Saman, berbagi kesaksian. Di sebuah acara dialog bersama Pak JK di Sigli, Kabupaten Pidie, Aceh, Kamis, 5 Juni 2014.
Pak JK akan menemukan jalan keluar bagi perdamaian konflik politik ini. Jam terbangnya, membuktikan hal itu. Dia juru damai ulung untuk konflik Aceh, Poso, hingga Maluku.
Di matanya, Pak JK adalah mesin perdamaian. Pria keturunan Bugis ini cergas memonitor setiap perkembangan. “Beliau yang berhubungan dengan petinggi-petinggi GAM di dalam dan luar negeri,” tuturnya seperti dikutip Kompas.
Tulus, tangkas, dan liatnya usaha Pak JK inilah membuat Zakaria, iklas turun gunung pada proses perdamaian tahun 2005. Sebelumnya, selama 30 tahun dia berpindah persembunyian. Sambil mengatur perlawanan dari bawah tanah.
Satu yang menarik, kesungguhan Pak JK tak hanya diucapan. Tapi juga dalam perbuatan. “Beliau terima telepon saya jam 12 malam, sementara camat di sini sudah tak terima telepon jam 9 malam,” singkapnya.
Kiprah juru damai Pak JK juga melanglang buana hingga ke negara atas angin, alias manca negara. Dia bekerja keras mendamaikan para pihak yang bertikai di Thailand selatan atau Mindano di Filipina. Kini, jejak kiprahnya tercatat untuk perdamaian di Afganistan.
Tak salah, jika Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menganugerahinya dengan Parasamnya Anugraha Dharma Krida Baraya. Penghargaan tertinggi atas kiprah di bidang kemasyarakatan dan kemanusiaan. Anugerah itu diterimanya pada Senin, 12 Maret 2018.
Sebelumnya, dia juga menerima penghargaan serupa. Kali itu, sebagai Tokoh Perdamaian Dunia dari World Assembly of Youth (WAY). Pengakuan itu diserahkan kepadanya di Kota Ambon, Maluku, pada tahun 2011 lalu.
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama juga merekam kiprah Daeng JK sebagai tokoh juru perdamaian yang lihai. Kekaguman itu, diceritakannya kepada Presiden Kolombia Juan Manuel Santos.
Bahkan, Presiden Amerika Serikat Barrack Obama juga merekam kiprah Daeng JK sebagai tokoh juru perdamaian yang lihai. Kekaguman itu, diceritakannya kepada Presiden Kolombia Juan Manuel Santos. “Hai sudah kenal belum sama Wapres Indonesia?” tanya Pak Obama, yang suka nasi goreng itu.
“Beliau ini sangat memiliki keahlian di dalam perdamaian. Dia banyak melakukan kegiatan untuk perdamaian,” lanjut Pak Obama seperti dikutip Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Pak JK yang berdiri di samping Pak Obama hanya tersenyum sipu menerima pujian itu.
Saat itu, ketiganya bertemu di holding room APEC Business Advisory Council (ABAC) di Manila, Filipina, pada 18 Nov 2015. Sebelum acara utama konferensi berlangsung.
Di beberapa kesempatan, Pak JK berbagi resep jitu sebagai juru damai. Suami dari Mufidah Kalla itu menyebut dua hal kunci. “Saling menghormati dan melakukan kompromi dengan baik,” jelas pria kelahiran 15 Mei 1942 ini.
Kini, dalam senyap, Pak JK masih akan terus bekerja untuk perdamaian bagi kubu Pak Jokowi dan Pak Prabowo. Kita tunggu saja, jalan keluar dari Pak JK. Menemukan kompromi bagi keduanya.
Ajar Edi, kolumnis ngopibareng.id