Jalan-jalan Nikmati Wisata Mangrove di Nguling Pasuruan
Kecamatan Nguling sebagai salah satu wilayah di ujung paling timur Kabupaten Pasuruan, tak hanya terkenal karena kuliner rawonnya. Ada juga daya tarik lagi yaitu Wisata Hutan Mangrove.
Jutaan pohon mangrove bertengger kokoh di areal sabuk hijau (green belt) sepanjang 183 hektar, yang berada di Desa Penunggul.
Sejak 33 tahun silam, ratusan pohon mangrove berhasil ditanam oleh Mukarim, sang Pahlawan Mangrove. Kini, total lebih dari 1.830.000 pohon mangrove menjadi kawasan wisata pesisir yang menjanjikan.
Saat ditemui di sekitar Wisata Mangrove, Senin, 13 Januari 2020 siang, Mukarim mengatakan mangrove yang tumbuh berjajar menjadi benteng pencegah abrasi gelombang air laut. Meskipun air laut pasang hingga gelombang laut utara sangat tinggi, jutaan pohon mangrove lah yang menahan dan menyelamatkan perkampungan dari abrasi.
"Sangat aman. Warga tak perlu takut dengan abrasi atau banjir rob. Karena hutan mangrove di sini sangat banyak dan fungsi hutan mangrove ini adalah untuk melindungi wilayah pesisir dengan akarnya yang sangat efisien. Hal ini akan menjadikan pelindung pengikisan tanah akibat air," katanya.
Sebagai kawasan wisata Mangrove, Mukarim dan pihak pengelola tidak membebankan tiket masuk. Hanya saja, setiap wisatawan yang datang diwajibkan menjaga kebersihan. Yakni tidak membuang sampah sembarangan di sepanjang areal pantai.
"Tidak ada tiket masuk, hanya saja wisatawan yang berkunjung diharuskan jaga kebersihan. Agar tak sepi, dekat pintu masuk ada warung kopi milik warga sekitar," katanya.
Hingga kini, wisata mangrove dikunjungi setiap weekend alias sabtu dan minggu. Untuk hari-hari biasa, jumlah pengunjung yang datang tidak terlalu banyak. Kata Mukarim, para wisatawan yang datang ke Hutan Mangrove akan dimanjakan dengan ratusan jenis tanaman bakau yang ditanam. Seperti Rhyzapora Mucronata, Abisina Alba, Rhyzapora Apiculata, dan Alasina Marina. Selain itu,
Ada juga 14 spesies hewan khas pantai yang bisa dilihat. Yakni bandeng, belanak, glodok, keong, tiram, kerang hijau, kadal, biawak, ular, burung kuntul putih, kepiting bakau, udang putih, rajungan, dan capung.
"Bahkan nelayan sekitar secara tidak langsung mendapat keuntungan dari Hutan Mangrove yang kian lestari ini. Karena mereka juga bisa menjual hasil tangkapan mereka kepada para pengunjung," kata peraih penghargaan Kalpataru dan penghargaan Satya Lencana pembangunan dari Presiden tersebut.
Sementara itu, Slamet Sunhaji selaku Kepala Desa Penunggul mengaku telah menyiapkan banyak program dan kegiatan dalam rangka pengembangan Desa Penunggul sebagai Ikon Wisata di wilayah timur Kabupaten Pasuruan. Mulai dari penanaman pohon gelodok di sepanjang jalan menuju Wisata Mangrove, pembersihan sampah sekitar pantai dan hutan mangrove, hingga pengembangan produk makanan dan minuman berbahan dasar buah mangrove.
"Insya Allah kita semangat untuk membangun Desa Penunggul sebagai ikon wisata di Kabupaten Pasuruan. Kita kerahkan semua pihak untuk sama-sama menggeliatkan pariwisata di sini," katanya.
Ditambahkan Slamet, saat ini pihaknya sudah membentuk Pokdarwis (kelompok sadar wisata) yang akan segera dilaunching dalam waktu dekat. Dengan adanya Pokdarwis tersebut, dirinya optimis bahwa aspirasi masyarakat akan tertampung. Sehingga visi dan misi dalam memajukan wisata mangrove akan tercapai.
"Mudah-mudahan semuanya sesuai rencana. Dari Pemkab Pasuruan juga punya banyak kegiatan yang mengarah ke Wisata Nguling. Termasuk Pemprov dan Pemerintah Pusat, kami siap menyambutnya," katanya. (sumber: www.pasuruankab.go.id)
Advertisement