Jakarta Kota Paling Berpolusi Seluruh Dunia, Bagaimana Surabaya?
DKI Jakarta kembali menjadi kota paling berpolusi di dunia. Dalam situs Airvisual.com. Jakarta menempati peringkat teratas dengan kondisi udara tidak sehat, dengan Air Quality Index (AQI) di angka 161, pada Selasa, 30 Juli 2019, siang.
Keadaan ini jauh berbeda dengan Kota Surabaya yang memiliki kondisi udara kategori sedang dengan AQI di angka 74. Artinya Kota Surabaya memiliki kualitas udara yang lebih sehat ketimbang DKI Jakarta.
Rentang nilai dari AQI mulai dari 0 hingga 500. Makin tinggi nilainya menunjukkan makin tinggi pula tingkat polusi udara di wilayah tersebut. Skor 0-5 berarti kualitas udara bagus, 51-100 berarti sedang, 101-150 tidak sehat bagi orang yang sensitif, 151-200 tidak sehat, 201-203 sangat tidak sehat, dan 301-500 ke atas berarti berbahaya.
Pemerintah Kota Surabaya melalui Kepala Seksi Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Lingkungan Hidup DLH Kota Surabaya Ulfiani Ekasari memastikan, hasil pantauan harian pihaknya, Surabaya memiliki indeks standar pencemaran udara (ISPU), di angka 50-60.
Rentang nilai ISPU, kata Ulfiani terdiri dari lima kategori, di antaranya nilai 0-50 kategori baik, nilai 51-100 kondisi sedang, nilai 101-199 masuk kategori tidak sehat, nilai 200-299 masuk kategori sangat tidak sehat dan nilai lebih dari 300 masuk kategori berbahaya.
"Artinya kalau di Surabaya itu sehat. (ISPU) Surabaya itu antara baik (0-50) dan sedang (51-100)," kata Ulfiani, saat dikonfirmasi, Selasa.
Ulfiani mengatakan, kualitas udara kategori sehat itu sudah terjadi di Kota Pahlawan, sejak lima tahun yang lalu. Menurutnya perbaikannya pun terus meningkat setiap tahun.
Masyarakat kata dia juga bisa memantau kondisi kualitas udara Kota Surabaya, melalui layar ISPU yang disediakan di Jalan Pemuda dan Jalan Ir. Soekarno, Surabaya. Ia mengaku, tiap harinya DLH selalu melakukan update informasi tersebut.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Pemkot Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan, ada sejumlah faktor yang membuat kualitas udara di Surabaya menjadi baik.
Hal itu antara lain, ruang terbuka hijau yang terus bertambah tiap tahunnya di Surabaya. Eri mengatakan jumlah taman di Surabaya sendiri telah mencapai 500 lahan. Jumlah itu akan bertambah lagi karena pihaknya berencana membangun 20 taman pada tahun ini.
Banyaknya taman yang dibuka Pemkot Surabaya itu, kata Eri, sangat memberikan dampak positif terhadap kualitas udara. Ditambah lagi pelbagai jenis tanaman yang ditanam di setiap sudut jalan maupun taman di Surabaya, seperti tabebuya dan lidah mertua.
Eri mengatakan sejak 2012 lalu Pemkot Surabaya juga telah melakukan upaya mengatasi polusi udara di jalur-jalur utama padat kendaraan dengan menanam tumbuhan lidah mertua di pedestrian jalan.
"Tahun 2012 kita sudah menaruh (lidah mertua) di jalan untuk penyerapan polusi udara tinggi. Pemanfaatannya kita tanam (lidah mertua) ke tong bekas yang dicat warna-warni. Penyerapannya sangat tinggi terhadap karbon dioksida," kata Eri.
Kemudian, Eri mengaku, hal itu juga ditunjang kebijakan Dinas Perhubungan yang selalu mengadakan tes terhadap polusi kendaraan dengan melakukan uji emisi.
Di samping itu, kualitas udara yang baik di Kota Surabaya tersebut juga tak bisa lepas dari kesadaran masyarakat yang peduli pada kebersihan kotanya dengan melakukan pengelolaan sampah.
"Kesadaran terhadap lingkungan ini kita jalankan sejak Bu Risma masih menjabat kepala dinas kebersihan. Bu Risma ikut mengedukasi masyarakat untuk peduli terhadap kualitas udara dan bagaimana dengan pengelolaan sampah, itu yang sebenarnya kita terapkan," pungkasnya.