"Jagalah Hatimu, Jangan Kau Nodai", Ini Bukan Sakadar Lagu
Usai Salat Jumat, seorang sahabat/ teman bercerita mengutip kabar viral, tentang seorang konon tokoh populer karena ceramah-ceramahnya yang memikat hati, terutama hati kaum perempuan. Dia juga kadang bernyanyi menyenandungkan nasihat agar kita berkata-kata santun dan selalu menjaga hati.
Tetapi dia tiba-tiba dikabarkan mengucapkan kata-kata yang merendahkan dan menyakiti perempuan dengan cara yang tak pantas, dan itu justeru adalah mantan kekasihnya. Dia menyampaikan kata-kata yang bernuansa menuduh yang melukai keyakinan.
Lalu teman itu bertanya apakah itu kekerasan?
KH Husein Muhammad, ulama pesantren dan kiai aktivis memberikan pandangan berikut:
Kekerasan Verbal, Waspadalah
Aku mengatakan : ya itu kekerasan verbal. Misalnya kepada isterinya dia mengatakan "kamu perempuan brengsek, sundal, musyrik dan sejenisnya".
Kekerasan verbal termasuk dalam kekerasan psikis. Yakni kekerasan yang dilakukan untuk menjatuhkan mental seseorang agar menjadi tak berharga. Kekerasan jenis ini jarang disadari baik oleh pelaku maupun korban sebagai kekerasan. Banyak orang yang menganggap hanya kekerasan fisik yang disebut sebagai kekerasan
Meski kekerasan verbal tidak meninggalkan tanda luka di tubuh, tetapi ia merusak dan menyakitkan hati yang sulit disembuhkan dalam waktu pendek bahkan mungkin untuk sebagian orang tak bisa terhapuskan.
Luka-luka yang yang disebabkan kekerasan verbal tak tampak oleh mata dan tidak bisa disembuhkan dengan obat-obatan seperti luka fisik. Ia menghunjam ke dasar jiwa.
Citra diri (self esteem) korban akan jatuh. Jika itu terjadi dalam rumah tangga, dan ini sesungguhnya kasus yang terbanyak, anak-anak juga akan melihat orangtuanya disakiti secara mental. Dan ini bisa menimbulkan efek buruk padanya. Seringkali ia akan dicontoh oleh si anak suatu saat kelak. Karena orang tua, pelaku, dianggap idola.
Al-Qur'an mengatakan :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka".
Kata-kata Tak Kau Sukai, Pesan Imam Ali
Imam Ali bin Abi Thalib mengatakan : "Janganlah kau ucapkan kata-kata yang kau sendiri tak suka mendengarnya jika orang lain mengatakannya kepadamu".
Aku bilang
"Dirimu adalah apa yang kau katakan/ucapkan". Demikian pesan KH Husein Muhammad.
Raih Kebahagiaan dalam Islam
Kebahagiaan jika diartikan secara singkat adalah perasaan senang tanpa beban, tidak diikuti rasa takut atau penyesalan.
Kebahagiaan yang menenangkan jiwa adalah kebahagiaan yang muncul dari kebaikan.
"Semoga rasa bahagia kita cukup berasal dari hal-hal yang baik saja, Ya Allah semoga dimudahkan.. Amin," demikian pesan KH Mohammad Nailur Rochman, Ketua Rijalul Ansor Jawa Timur.
Sementara itu, KH Husein Muhammad melanjutkan tausiyahnya:
Banyak manusia terperangkap dalam siklus dan sirkuit kemelut duniawi. Hari-harinya dilalui dengan perbincangan di sekitar bagaimana cara memeroleh uang banyak, menduduki posisi jabatan yang potensial menghasilkan uang dan terhormat, atau berebut kenikmatan seksual. Untuk keperluan memenuhi hasrat-hasrat itu mereka melakukan dengan berbagai cara. Ada yang baik-baik dan ada dengan cara-cara yang melanggar hukum dan etika. Mereka acap bertengkar, saling memfitnah, saling menyakiti, melakukan kekerasan verbal, fisik, seksual, bahkan membunuh. Ada yang mengambil secara diam-diam uang rakyat yang ada dalam genggaman kekuasaannya.
Saat bahagia mereka lupa pada yang lain.
Saat menderita mereka menyalahkan yang lain.
Para bijakbestari, berjuang untuk mengalahkan egonya. Manakala gagal mereka menyalahkan diri sendiri, bukan orang lain.
Mereka bilang "urip mung mampir ngombe", hidup sekedar mampir untuk minum. Seorang sahabat, suatu hari melihat Nabi tidur di atas tikar lusuh yang berkulit kasar. Tampak di punggung beliau bekas cetakan tikar itu. Hatinya berduka. Ia menawarkan kepada beliau alas tidur yang empuk dan nyaman. Katanya :
يَا رَسُولَ الله، لوِ اتَّخَذْنَا لكَ وِطَاءً، فقال: مَا لي وَللدُّنْيَا؟ مَا أَنَا في الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ، ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا. رواه الترمذي وَقالَ: حديثٌ حسنٌ صحيحٌ.
"Nabi, bagaimana jika aku ambilkan untukmu alas tidur yang halus empuk?. Nabi menjawab : " apalah artinya aku dan dunia ini. Aku di dunia ini bagaikan musafir yang sedang beristirahat di bawah pohon lalu kembali berangkat meninggalkan pohon itu".
Oh, betapa mengharukan dan indahnya kata-kata Nabi itu.
Sesudah itu setiap orang akan ditanyai apa yang sudah dikerjakannya selama hidupnya.
Demikian semoga bermanfaat.