Jaga Nyawamu, Pesan Islam dalam Khazanah Pesantren (1)
"Hidup adalah kesempatan menanam benih kebaikan untuk bekal menghadap Sang Khaliq. Maka, jagalah nyawamu semaksimal mungkin sehingga kamu punya kesempatan memperbanyak bekal menghadap Sang Khaliq."
Demikian Dr KH Jamal Ma'mur Asmani dari Pati mengawali renungannya. Berikut pesan-pesan aktual dalam judul "Jaga Nyawamu Teman":
Ingat firman Allah QS. Ali Imran 168:
قل فادرؤوا عن أنفسكم الموت إن كنتم صادقين
Katakan (wahai Muhammad), maka tolaklah kematian dari kamu jika kamu termasuk orang yang jujur - benar.
QS. An-Nisa' 29:
ولا تقتلوا أنفسكم ان الله كان بكم رحيما
Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri sesungguhnya Allah Maha Belas Kasih denganmu.
Hadits Nabi memperkuat ini:
وقال الإمام أحمد: عن عمرو بن العاص أنه قال: لما بعثه النبي صلي الله عليه وسلم عام ذات السلاسل قال: احتلمت في ليلة باردة شديدة البرد فاشفقت أن اغتسلت أن اهلك فتيممت ثم صليت باصحابي صلاة الصبح قال: فلما قدمنا علي رسول الله صلي الله عليه وسلم ذكرت ذلك له فقال: صليت بأصحابك وانت جنب ؟ قال: قلت: يا رسول الله إني احتلمت في ليلة باردة شديدة البرد فاشفقت أن اغتسلت أن اهلك فذكرت قول الله عز وجل : ولا تقتلوا أنفسكم ان الله كان بكم رحيما : فتيممت ثم صليت فضحك رسول الله صلي الله عليه وسلم ولم يقل شيئا (ابن كثير جزء ١ ص ٤٣٥).
Imam Ahmad berkata: hadis diriwayatkan Amr bin Ash ketika Nabi mengirimnya dalam perang Tzatu al-Salasil. Amr bin Ash berkata: saya mimpi basah di malam yang sangat dinging, lalu aku takut jika Mandi akan mati, kemudian aku tayammum, lalu aku shalat shubuh dengan teman-temanku. Amr bin Ash berkata: ketika kami sampai kepada Rasulullah, maka saya melaporkan kejadian tersebut. Nabi lalu bertanya: engkau shalat dengan teman-temanmu dalam keadaan jinabat ?
Amr bin Ash berkata: Saya menjawab: wahai Rasulullah sesungguhnya aku mimpi basah di malam yang sangat dingin Dan aku takut jika aku Mandi akan bisa mengakibatkan kematian, kemudian aku menyampaikan firman Allah 'Ajja wa jalla: Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri sesungguhnya Allah dengan kamu Maha belas kasih, kemudian aku bertayammum lalu menunaikan shalat. Rasulullah lalu tertawa Dan tidak berkata apa-apa (Tafsir Ibnu Katsir, juz 1, h. 435).
Dalam disiplin ilmu ushul fiqh, tindakan Nabi "tertawa Dan tidak berkata apa-apa" adalah penetapan (taqrir) Nabi yang memperbolehkan perbuatan tayammum dalam kondisi yang sangat dingin Demi menghindari kematian.
Dalam kitab Tashhil al-Thuruqat dijelaskan:
وان أقر قول غيره جعل - كقوله كذاك فعل قد فعل
وما جري في عصره ثم اطلع - عليه ان أقره فليتبع
Jika Nabi mengakui ucapan orang lain, maka ucapan orang lain tersebut dijadikan seperti ucapan Nabi. Begitu juga tindakan yang dilakukan orang lain (jika diakui Nabi, maka dijadikan seperti tindakan Nabi).
Sesuatu yang terjadi pada Masa Nabi, kemudian Nabi mengetahuinya, maka jika Nabi mengakuinya, maka sesuatu tersebut diikuti.
Menjaga nyawa-jiwa, hifdhun nafs (حفظ النفس) termasuk tujuan utama syariat Islam. Ingat keterangan Imam Ghazali dalam kitab Al-Mustashfa min Ilmi al-Ushul:
لكنا نعني بالمصلحة المحافظة علي مقصود الشرع. ومقصود الشرع من الخلق خمسة: وهو أن يحفظ عليهم دينهم ونفسهم وعقلهم ونسلهم ومالهم. فكل ما يتضمن حفظ هذه الأصول الخمسة فهو مصلحة وكل ما يفوت هذه الأصول فهو مفسدة ودفعها مصلحة (المستصفي للغزالي جزء ٢ ص ٤٨١-٤٨٢).
Maksud saya dengan kemaslahatan adalah menjaga tujuan syara'. Tujuan syara' yang berkaitan dengan makhluk ada lima: yaitu menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, Dan hartanya. Segala ajaran yang bertujuan menjaga Lima tujuan syara' ini dinamakan kemaslahatan. Setiap Hal yang meniadakan Lima tujuan syara' ini adalah kerusakan, sehingga menolaknya adalah kemaslahatan (Al-Mustashfa juz 2 h. 481-482).
(Bersambung)