Jaga Ekosistem Surabaya dengan Perbanyak Hutan Kota
Pemerintah kota Surabaya memperbanyak hutan kota di sejumlah wilayah Kota Pahlawan, Jatim, sebagai upaya menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan serta menahan agar kota tidak gampang diterjang banjir.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, Joestamadji, mengatakan dalam Perda 15 Tahun 2014 Tentang Hutan Kota diatur tentang target luasan hutan kota di Surabaya, yakni sebesar 10 persen atau 3.500 hektare dari total luas wilayah Surabaya di kisaran 35 ribu hektare.
"Luasan itu harus bisa direalisasikan selambat-lambatnya 10 tahun setelah Perda itu disahkan. Saat ini, kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah (DPBT) terkait pengadaan lahan baru untuk hutan kota," katanya seperti dikutip Antara, Jumat 7 Desember 2018.
Menurut dia, saat ini hutan kota yang sudah dimiliki Surabaya tersebar di sejumlah wilayah seperti di Pakal dengan luar 13 hektare, Balas Klumprik seluas 4,3 hektare, dan kawasan Pamurbaya seluas 500 hektare. Semua hutan kota itu dilengkapi waduk untuk mengendalikan air.
"Jadi siklus hidrologinya terpenuhi. Hujan turun di pohon, turun pelan-pelan masuk ke waduk terjadi penguapan, turun lagi siklusnya menjadi hujan, tetapi tetap kita mempunyai air tanah," katanya.
Ia menambahkan, ada perbedaan antara hutan kota dan taman kota. Jika taman, umumnya mayoritas tanaman berupa bunga-bunga atau tumbuhan dengan jenis relatif berukuran kecil, sedangkan kalau hutan kota, tanamannya fokus pada jenis yang lebih besar, keras, dan rindang.
"Fungsi tanaman ini untuk menjaga keseimbangan lingkungan sehingga dapat meminimalisasi banjir dan juga untuk memproduksi oksigen," katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya sempat meresmikan hutan kota di Kelurahan Warugunung, Kecamatan Karang Pilang pada 23 November 2018.
Saat itu, sebanyak 1.000 pohon yang terdiri dari berbagai jenis ditanam di lokasi, di antaranya pohon matoa, jambu air, sawo, mangga dan cemara udang.
Pembuatan hutan kota itu disesuaikan dengan kondisi wilayah yang ada di Surabaya. Khusus di Hutan Kota di Warugunung difungsikan untuk menekan banjir dan polusi udara.
Selain itu, pembuatan hutan kota di daerah itu juga diharapkan mampu meminimalisasi dampak patahan aktif yang dapat menyebabkan terjadinya gempa. Dengan adanya hutan kota tersebut, membuat struktur tanah menjadi lebih kuat.
"Saya percaya dengan 'treatment' membuat hutan kota, maka akan ada perbaikan struktur tanah di situ. Nanti air hujan akan masuk ke tanah, sehingga air itu akan mempengaruhi struktur tanah supaya lebih kuat," kata Risma.
Selain di Warugurung, sebelumnya Risma juga meresmikan hutan kota di Jalan Lempung Perdana, Kelurahan Lontar, Kecamatan Sambikerep.
Adapun fungsi hutan kota di Lontar itu untuk mengendalikan banjir. Daerah Lontar merupakan salah satu kawasan tertinggi di Kota Surabaya, sehingga pohon-pohon itu diharapkan dapat menyerap air hujan.
"Dengan demikian, kawasan yang ada di bawahnya bisa lebih mudah dikendalikan," katanya. (ant)