Jadilah Pejuang Islam Pintar dan Benar, Ini Pesan Kiai Miftah
Rais Am Nahdlatul Ulama KH Miftachul Akhyar mengatakan, dalam Islam, ilmu tidak dibatasi. Juga tak dikenal adanya dikotomi antara ilmu agama dan umum. Tugas kaum Muslimin mengejar dan meraih ilmu sebanyak mungkin, asal digunakan untuk kebaikan.
“Iqra itu bukan hanya membaca tulisan, tapi juga membaca peristiwa-peristiwa, membaca isyarat,” kata Kiai Miftah.
Pengasuh Pesantren Miftachussunnah Kedungtarukan Surabaya mengungkapkan hal itu, pada amanah sekaligus sambutan pada pelantikan Rektor Universitas Ma’arif Hasyim Latif (Umaha), Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu 1 Mei. Kegiatan digabungkan dengan bedah buku karya KH Hasyim Latif, yaitu NU Penegak Panji Ahlussunnah wal Jamaah yang dilangsungkan di kampus setempat.
Selanjutnya, umat Islam diingatkan bahwa saat membaca sejumlah fenomena alam semesta tersebut jangan melupakan perintah berikutnya bismirabbikalladzi khalaq.
“Inilah pendidikan karakter atau bahkan lebih dari itu,” kata Kiai Miftah.
Dalam pandangan Kiai Miftah, sapaan akrabnya, ilmu ulama tidak dibatasi.
“Tapi jangan lupa khasyatullah atau takut kepada Allah. Ilmu kalau dibiarkan akan membahayakan,” urainya di hadapan ratusan hadirin.’
“Orang yang berilmu bisa culas. Karena itu yang menyelamatkan keculasan adalah ibadah,” jelasnya. Sehingga yang menyelamatkan ilmu adalah ibadah atau pendidikan karakter, lanjutnya.’
Kiai yang pernah menjabat Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur ini berharap agar kader Nahdlatul Ulama tidak semata mengedepankan pengetahuan maupun titel dan jabatan.
“Boleh pintar atau pinter, tapi juga bener atau benar,” tegasnya. Bahkan diusahakan pintar sekaligus benar, atau generasi benar yang pintar, lanjutnya.
Sedangkan Ketua PBNU, H Hanif Saha Ghafur menekankan agar perguruan tinggi dalam pengelolaannya bisa amanah.
Ikut hadir pada kegiatan tersebut KH Ali Maschan Moesa, H Sholeh Hayat, sejumlah putra Kiai Hasyim Latif. Terlihat pula dokter Hidayat selaku Direktur Rumah Sakit Siti Hajar Sidoarjo. Ketua Yayasan, Gus A Makky. Termasuk sejumlah undangan dari pimpinan kampus dan lembaga pendidikan di lingkungan Nahdlatul Ulama di Jawa Timur. (adi)
“Tapi jangan lupa khasyatullah atau takut kepada Allah. Ilmu kalau dibiarkan akan membahayakan,” kata KH Miftachul Akhyar.
Advertisement