Jadikan Al-Qur’an Pedoman Hidup, Gus Mus: Dengan Mengkajinya
Saat ini banyak sekali orang yang menyuarakan ajakan untuk kembali kepada Al-Qur’an. Melihat fenomena ini, pengasuh pondok pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, KH Ahmad Mustofa Bisri atau biasa dikenal dengan sebutan Gus Mus ini menyampaikan pendapatnya mengenai persoalan ini.
Gus Mus menceritakan,dulunya dalam teks iqrar berbunyi wabil qur’ani imaman, namun pada saat ini sudah berubah.
“Sekarang diganti jadi wabil qur'ani qiroatan, itu pun hanya dibaca saat ramadlan saja. Padahal aslinya itu jadi imam, jadi pedoman,” ucapnya.
Ia melanjutkan, jika hanya qiraatan atau jadi bacaan saja, maka Al-Qur’an tidak akan bisa menjadi pedoman bagi seseorang.
“Jangan heran, hal itu karena pegangan Nabi Muhammad itu Al-Qur'anul Karim, sampai beliau dijuluki sebagai Al-Qur'an berjalan. Sebab isi al-Qur'an yang pertama kali menjalankan adalah Nabi Muhammad,” kata Gus Mus.
“Kalau qiraatan saja, ya cuma dibaca saja. Supaya bisa jadi pedoman, ya harus ngaji. Tapi sayangnya sekarang ngaji tidak laku. Tidak gagah dan tidak bisa digunakan untuk mencari pekerjaan,” jelasnya.
Mustasyar PBNU ini menyampaikan pendapatnya di tengah acara tasyakuran khataman ngaji kitab Tafsir Jalalain yang diampu Kiai Syarofuddin, Minggu 13 Januari 2019. Kegiatan ini diselenggarakan oleh pondok pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang.
Pengasuh Pondok Leteh ini mengatakan, jika ada orang yang mengaku sebagai umat Nabi Muhammad, namun perilakunya tidak seperti Nabi Muhammad, maka jangan kaget.
“Jangan heran, hal itu karena pegangan Nabi Muhammad itu Al-Qur'anul Karim, sampai beliau dijuluki sebagai Al-Qur'an berjalan. Sebab isi al-Qur'an yang pertama kali menjalankan adalah Nabi Muhammad,” paparnya kepada para hadirin.
Kiai yang pernah mondok di Lirboyo ini berucap jika ada seseorang yang bilang tidak usah pakai kitab maupun percaya kepada kiai, maka bisa dipastikan orang tersebut tidak memahami isi dari Al-Qur’an.
“Makanya jika ada orang yang bilang tidak usah pakai kitab, tidak perlu kiai, langsung saja ke Al-Qur'an, itu bohong. Yang bilang seperti itu disuruh baca Al-Qur'an tidak paham,” jelasnya.
“Saat ini kok ada yang mengaku sebagai penerusnya, namun kepada umatnya sendiri sangat kejam, pasti tidak paham al-Qur'an. Meskipun berkali-kali berucap kembali kepada Al-Qur'an,” lanjutnya.
Di akhir, Gus Mus menjelaskan ciri orang memahami dan suka membaca Al-Qur’an, serta kenal kepada Rasulullah adalah bisa dilihat dari kelakuannya, bukan suka ndalil.
“Kalau ndalil, aku pas ibtidaiyah sudah ndalil. Namanya mahfudhot. Tapi kelakuannya, apakah sama dengan ucapannya atau tidak,” pungkasnya. (adi)
Advertisement