Jadi Presiden, Biden Perpanjang Pembatasan Nuklir dengan Rusia
Tak lama setelah dilantik, Joe Biden menyatakan rencana memperpanjang perjanjian kontrol senjata nuklir dengan Rusia, The New START, hingga lima tahun ke depan. Perjanjian ini membatasi jumlah hulu ledak nuklir di antara dua negara, serta lokasi pangkalan militer yang boleh melontarkan nuklir.
"Jelas bagi presiden jika perjanjian New START menjadi kepentingan nasional Amerika Serikat. Perpanjangan ini menjadi penting di tengah hubungan dengan Rusia, seperti sekarang," kata Sekretaris Pres Gedung Putih Jen Psaki, dilansir dari Reuters, Jumat 22 Januari 2021.
Langkah itu dikeluarkan pada Kamis, 21 Januari 2021, sehari setelah Joe Biden resmi dilantik jadi Presiden Amerika Serikat.
Psaki menambahkan jika Biden juga menugaskan komunitas intelijen AS untuk menyelidiki dugaan serangan siber Rusia dalam Solar Winds, kemudian interfensi Rusia dalam pilpres 2020, penggunaan senjata kimia pada pimpinan oposisi Rusia Alexei Navalny, dan tuduhan pembunuhan pada tentara Amerika Serikat di Afghanistan. "Meski kami bekerjasama dengan Rusia untuk mengejar kepentingan nasional Amerika Serikat, kami juga bekerja untuk membendung Rusia atas tindakan sembrono," kata Psaki.
Diketahui, perjanjian kontrol senjata nuklir START akan habis masa berlakunya pada 5 Februari 2021. Perjanjian itu membatasi Rusia dan Amerika Serikat untuk melontarkan hulu ledak nuklir maksimal sebanyak 1.550 buah. Perjanjian juga mengatur pangkalan militer mana yang boleh melontarkan hulu ledak nuklir, baik di darat pun di laut.
Dalam pernyataanya, Pentagon mengatakan jika Amerika "lebih aman" dengan diperpanjangnya perjanjian tersebut. Sementara Kremlin mengaku akan tetap berkomitmen dalam perjanjian tersebut dan menyambut baik inisiatif dari pemerintahan Biden terkait perpanjangan perjanjian tersebut. (Rtr)
Advertisement