Jadi PNS, Guru di Banyuwangi Tetap Jualan Durian Usai Mengajar
Menyandang status Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai guru tidak menghalangi Ali Safron, 39 tahun, untuk tetap menjadi seorang pedagang durian. Apalagi pekerjaan sambilan ini sudah dilakoninya selama belasan tahun. Sampai saat ini, setiap musim durian datang, pria ini selalu berdagang durian usai menunaikan tugasnya mengajar.
Menurut Ali Safron, dirinya mengawali karier sebagai guru pada tahun 2004. Kala itu, warga Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Banyuwangi ini menjadi guru honorer dengan honor Rp75 ribu setiap bulan. “Saat itu saya belum berjualan durian, hanya mengajar saja,” jelasnya, Jumat, 07 Oktober 2022.
Sekitar tahun 2008, ada salah seorang wali dari muridnya yang memiliki kebun durian. Dia kemudian menawarinya untuk berjualan durian agar mendapatkan tambahan pemasukan. Ali pun setuju untuk berjualan durian yang disuplai wali murid tersebut.
“Pertama kali jualan durian hanya bawa 10 biji. Alhamdulillah terjual semua,” jelas guru yang mengawali karier sebagai guru SD ini.
Setelah itu, Ali mengaku terus berjualan durian setiap kali musim durian datang. Awalnya dia berjualan dengan berpindah-pindah tempat. Sampai akhirnya di membuka pondok di pingir jalan di wilayah Desa Wisata Adat Osing, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah.
Ketekunan Ali Safron dalam mengabdikan dirinya sebagai tenaga pengajar berbuah manis. Akhirnya dia pun mendapatkan kepercayaan dari Pemerintah. Dia lolos seleksi menjadi seorang ASN. Sehingga sejak saat itu dia berstatus PNS Guru. “Alhamdulillah saya tahun 2019 itu Saya lulus ujian menjadi ASN,” jelas ayah dari dua anak ini.
Saat diangkat menjadi PNS, dirinya masih menjadi pengajar di SDN 2 Gumuk, Kecamatan Licin. Setelah beberapa bulan menjadi PNS dirinya dipindahtugaskan ke SMPN 2 Licin Satu Atap.
Meski telah menjadi seorang PNS, Ali tetap hidup sederhana dan tidak meninggalkan pekerjaan musiman sebagai menjual durian. Sehingga pada saat musim durian datang, dia pun Kembali berjualan durian setiap pulang mengajar. “Setelah mengajar, saya jualan durian sampai sekitar pukul 9 malam,” katanya.
Dia mengaku tetap ingin terus berjualan durian. Sebab dia mengaku memang suka berwiraswasta. Ditambah lagi, berjualan durian juga memberikan hasil yang cukup menjanjikan. Dari satu buah durian, kata dia, rata-rata dia mendapatkan laba antara Rp2.500 sampai Rp 5.000.
Musim durian, menurutnya, hanya datang sekali dalam setahun. Biasanya satu musim durian berlangsung hingga 3 bulan. Jika sedang di puncak musim durian, dalam sehari dia bisa mendapatkan laba bersih hingga ratusan ribu setiap harinya.
“Sebelum pandemi COVID saya pernah sehari dapat laba bersih sampai Rp3 juta. Kalau sekarang tidak mungkin karena kunjungan wisatawan belum pulih sepenuhnya,” katanya.
Omset itu bisa diraih karena sebelum pandemi COVID-19 melanda dunia, kunjungan wisatawan ke Banyuwangi sangat tinggi. Sehingga penjualan durian pada puncak musim durian sangat banyak. “Pas pandemi COVID-19 melanda penjualan hancur, banyak pedagang yang merugi bahkan gulung tikar,” ungkapnya.