Jadi Desa Miliarder, Warga Sumergeneng Tuban Kesulitan Beli Tanah
Desa Sumergeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban mendapat julukan baru sebagai desa miliarder. Desa ini viral setelah warganya beramai-ramai membeli mobil baru, setelah menjual tanah ke Pertamina. Namun, tak semua warga Sumergeneng membelanjakan uangnya untuk membeli mobil. Sebagian warga yang ingin membeli lahan baru disebut kesulitan, lantaran harga tanah yang melonjak.
Warga Desa Sumergeneng sangat dekat dengan aktivitas bertani dan beternak. Di sepanjang jalan, nampak beberapa mobil diparkir di tepi jalan sempit. Tampak, sebagian roda bertumpu pada aspal jalan.
Di jalan yang sama, sejumlah warga nampak lalu lalang membawa setumpuk rumput di jok belakang motornya. Sebagian besar penduduk setempat berprofesi sebagai petani jagung. Umumnya, mereka juga memiliki sapi.
Setelah menerima miliaran rupiah, tak semua warga membelanjakan sebagian uangnya untuk membeli mobil. Sebagian warga berupaya mendapatkan lahan pertanian, seluas milik mereka sebelumnya.
Salah satunya, seperti yang dilakukan Kholik. Pria ini mengaku menjual tanahnya seluas 7.000 meter per segi. Dengan harga per meter Rp600 ribu, maka Kholik setidaknya menerima uang sebesar Rp4,2 miliar. Sedangkan harga tanah bervariasi, dimulai Rp600 ribu hingga Rp800 ribu per meternya.
Namun, Kholik mengaku tak membelanjakan uangnya untuk membeli mobil, atau membangun rumah. Alasannya, ia tak bisa mengemudikan mobil dan tak punya garasi.
Ia khawatir, mobilnya bakal rusak sebelum bisa digunakan. Beberapa mobil tetangganya bahkan penyok lantaran ditendang sapi, akibat diparkir di tepi jalan. Sebagian ada pula yang membentur pagar. "Tak punya garasi beli mobil. Ya ditendang sapi," katanya, ditemui Jumat, 19 Februari 2021.
Meski tak membeli sapi, ia juga tak membangun rumah. Kholik yang menjual tanahnya di awal tahun 2020, memilih menggunakan uangnya untuk membeli lahan pertanian baru. “Rata-rata, yang beli mobil itu karena tak punya tanggungan untuk beli tanah lagi, karena lahanya masih banyak. Kalau yang belum mendapatkan lahan baru, mereka gak bakal berani,” jelasnya.
Menurut pria yang enggan difoto ini, ada lebih banyak warga yang membelanjakan uangnya untuk sebidang lahan baru. Sebab sebagian besar penduduk setempat adalah petani jagung.
Namun, membeli lahan baru juga bukan hal yang murah. Sebab menurutnya ada banyak mafia tanah yang sudah beraksi lebih dahulu. Mereka membeli banyak lahan pertanian tak jauh dari lokasi yang mengalami proyek ganti rugi dari Pertamina.
Mafia tanah menjual kembali tanah ke warga, lantaran lokasi mereka tak kena proyek pembebasan lahan dari Pertamina. “Beritanya kan sudah lama, terus mereka beli murah dari warga, untuk menunggu dijual ke Pertamina. Lah ternyata lokasinya tidak di situ. Tanahnya dijual lagi ke warga, pakai harga mahal," imbuhnya.
Kholik menyebut harga tanah melonjak hingga Rp500 ribu per meternya. Selain itu, pemilik tanah juga memilih menahan asetnya, dibanding turun harga.“350-500 ribu per meter, Kalau harganya sudah gejolak begini, mereka juga nahan aset,” tutupnya
Advertisement