Jadi Bulan-Bulanan, PKB Ungkap 5 Cara MA Pilih Cawawali
Bakal Calon Walikota Surabaya Machfud Arifin (MA), dikabarkan sudah memilih calon pendampingnya sebagai Wakil Walikota di Pilwali Surabaya 2020 nanti. Sosok itu adalah Dirut PDAM Surya Sembada, Mujiaman.
Mujiaman sendiri bahkan sudah mengajukan surat pengunduran dirinya sebagai Dirut kepada Walikota Surabaya Tri Rismaharini pada Senin 24 Agustus 2020 pagi hari.
Berbagai spekulasi bermunculan terkait alasan MA memilih Mujiaman. Namun, salah satu partai koalisi MA yakni PKB, mengungkapkan 5 alasan mengapa MA akhirnya bulat memilih Mujiaman.
Politisi PKB yang juga Anggota DPRD Kota Surabaya, Mahfudz, mengatakan jika MA memiliki banyak pertimbangan dalam memilih wakilnya tersebut. Berikut 5 pertimbangan tersebut:
1. Elektabilitas
Mahfudz mengatakan jika MA melihat Mujiaman sebagai Dirut PDAM Surabaya memiliki elektabilitas yang cukup baik. Terlebih ketika ia dengan sigap langsung turun gunung ketika ada permasalahan terkait dengan 'air' di Kota Surabaya.
"Warga tahu dia ini kerjanya benar," kata Mahfudz.
2. Kredibilitas
Ketika mendapatkan amanah sebagai pimpinan tertinggi salah satu BUMD Pemkot Surabaya, Mujiaman dengan cermat, cerdas, dan cepat langsung bekerja siang-malam.
Ia langsung tancap gas untuk memperbaiki dan merevitalisasi saluran-saluran dan pipa air zaman Belanda yang selama ini bermasalah dan membuat penyaluran air kurang baik.
"Peremajaan pipa itu biasanya butuh 30-50 tahun. Tapi Pak Mujiaman bisa memadatkan dalam longterm project selama 10 tahun saja. Sekarang juga sudah banyak yang terbaharui kan pipa-pipanya. Berarti dia itu kredibel, right men in the right job. Makanya pak MA memilih," ucap Mahfudz.
3. Track record karier
Mahfudz mengatakan bahwa MA tak mau sembarang pilih wakil. Menurutnya, MA selalu melakukan crosscheck criminal ke beberapa lembaga negara. Seperti kejaksaan, pengadilan, KPK, hingga Mahkamah Agung.
"Pasti dicek sama Pak MA. Bagaimana jejak masalah calon wakilnya. Apa pernah ada masalah di satu lembaga? Kalau ada tentang apa? Sudah selesai apa belum? Berat atau tidak? Merugikan negara atau tidak? Itu dicek semua, Pak MA maunya wakilnya itu tidak ada rekam jejak yang mengganjal," beber Mahfudz.
4. Saran dari tokoh dan pakar
Menurut Mahfudz, MA memiliki banyak tokoh-tokoh dan pakar ilmiah yang membantunya di berbagai bidang, seperti ekonomi, politik, tata kota, kesehatan, dan lainnya. Maka dari itu, dalam memilih wakil, MA juga meminta saran bagaimana sosok yang cocok untuk mendampingi dirinya.
"Pasti dinilai, cocok apa enggak. Bagaimana selama cara kerja PDAM di tangan Pak Mujiaman, itu dilihat semua. Secara governance apakah good governance atau tidak? Itu ada masukan semua dari tokoh dan pakar itu," katanya.
5. Kesepakatan partai koalisi
Last but note Least menurut Mahfudz. Bahkan baginya ini adalah poin utama yang paling penting. Sebab, tak mungkin MA memutuskan calon wakil walikota apabila tidak sesuai kesepakatan para partai koalisi yang mendukung MA.
"Kami di partai koalisi juga memberi kritik dan saran tentang sosok wakil itu. Kalau ini bagaimana, kalau itu bagaimana. Nah kalau akhirnya semua sepakat, barulah Pak MA itu setuju. Pak Mujiaman ini karena sudah kesepakatan para partai koalisi," katanya.
Maka dari itu, ia meminta semua pihak agar jangan selalu mengaitkan Mujiaman dengan PKB. Sebab sejak awal Mujiaman tidak pernah menjadi kader PKB atau bahkan memiliki surat tugas PKB untuk jadi pendamping Machfud Arifin.
"Dia bukan PKB, cuma gara-gara saya ini kader PKB. Kenapa? Karena saya yang menjodohkan dan mengusulkan sejak awal. Jadi jangan anggap PKB secara resmi tugasnya Pak Mujiaman, itu enggak. Ini semua sudah kesepakatan partai koalisi," pungkasnya.