Jadi Barometer Nasional, Jatim Produksi Gula dan Tebu Terbesar
Jawa Timur kembali mempertahankan predikat sebagai barometer nasional dalam produksi gula dan tebu.
Berdasar data Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia, kontribusi Jatim dalam memproduksi gula mencapai 49,55 persen atau 1.192.034 ton dari total produksi gula nasional sebanyak 2.405.907 ton.
Sedangkan data Kementan RI terkait produksi tebu tercatat meningkat 47,63 persen atau 14.767.763 ton dari produksi tebu nasional dan menghasilkan gula 1.087.415 ton.
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa mengatakan, peningkatan produksi ini diharapkan dapat menjadi modal bagi Indonesia mewujudkan swasembada gula, dan Jatim sebagai barometer gula nasional.
Mantan Menteri Sosial tersebut juga berpesan agar para petani tebu memanfaatkan transformasi digital dalam proses pengolahan tebu hingga menjadi gula.
"Dengan menggunakan sistem digital, tentunya kualitas juga akan ikut meningkat karena lebih produktif dan efisien. Sehingga dapat termonitor mulai dari mencari bibit yang baik, lalu proses panen termasuk transparansi kadar redemen gula," jelas Khofifah, Selasa 13 Desember 2022.
Selain itu, Khofifah juga mengingatkan agar para petani terus merawat komunikasi dan koordinasi dengan beberapa instansi yang memiliki pusat penelitian, dalam hal untuk mengasilkan kualitas bibit tebu agar menghasilkan kadar rendemen yang baik.
Menurutnya, jika berasal dari bibit yang baik, dan memiliki kualitas baik serta bongkar ratunnya terukur, maka tingkat rendemennya juga akan baik.
"95% petani tebu di Jatim adalah petani rakyat. Petani rakyat bisa menjadi pengusaha di bidang bahan baku pergulaan. Untuk itu koordinasi dan sinkronisasi baik dari para petani tebu rakyat, APTRI, pabrik gula maupun PTPN ini harus terkonsolidasi dengan baik," ujarnya.
Sementara itu, Dinas Perkebunan Jatim mencatat, setiap tahunnya terjadi peningkatan produksi tebu. Pada tahun 2020 sebanyak 13,8 juta ton dengan rendemen sebanyak 7,15 sementara pada tahun 2021 sebanyak 14,7 juta ton atau dengan rendemen sebanyak 7,35.
Di mana peningkatan produksi gula ini juga dihasilkan dari inovasi dengan program 'Timbangan Tebu' (Integrasi Ketersediaan Bahan Baku dan Manajemen Tebang Angkut Berdasarkan Klaster PG Berbasis Tebu).
Inovasi 'Timbangan Tebu' tersebut, diimplementasikan dengan kegiatan yang dilakukan berupa pemberian bantuan antara lain Bongkar Ratoon, Rawat Ratoon, Perluasan Areal Tebu dan Kebun Keragaan Pengembangan Warung Tebu.
Disamping itu Disbun Jatim juga melakukan monitoring ke Pabrik Gula, memberikan edukasi kepada petani tebu melalui Pelatihan Budidaya Tebu yang baik dan benar sesuai Good Agricultural Practice (GAP) bekerjasama denhan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI).
"Di mana program ini juga mendorong terbentuknya pendekatan klasterisasi Pabrik Gula (PG) menjadi 6 klaster antara lain Klaster Madiun, Klaster Mojokerto, Klaster Malang, Klaster Kediri, Klaster Probolinggo, dan Klaster Situbondo," imbuhnya.
Dengan pendekatan klasterisasi PG, Heru berharap lalu lintas pengiriman tebu dapat lebih efektif dan efisien. Sehingga, tidak mengurangi potensi rendemen akibat waktu perjalanan yang terlalu lama dan tebu sesuai dengan kategori Manis, Bersih dan Segar (MBS).