Jabar Terbuka, Jatim Tutup Klaster Risiko Tinggi Terpapar Corona
Jumlah pasien positif covid-19 di Jawa Timur mencapai 59 orang dengan tiga di antaranya meninggal. Namun pemerintah tidak ingin membuka data klaster sebaran virus corona.
Hal ini berbeda dengan sikap Pemerintah Provinsi Jawa Barat, di mana pemerintahannya mengumumkan klaster agar warga yang berada di klaster itu bisa aktif melaporkan diri ke dinas kesehatan setempat.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Heru Tjahjono mengatakan pada reporter Ngopibareng.id Alief Sambogo, jika pihaknya telah melakukan pelacakan kontak terdekat atau close contact tracing dari pasien yang berstatus orang dalam pemantauan (ODP) serta pasien dalam pengawasan (PDP).
Menurutnya, tracing dilakukan dari tingkat kelurahan hingga desa, serta pada klaster pertemuan yang dilakukan pasien tersebut. Namun, menurutnya pemprov tidak membuka data klaster untuk mengantisipasi kepanikan warga.
Sikap ini berbeda dengan kebijakan yang diambil oleh Pemprov Jabar. Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil membuka klaster penyebaran virus untuk memudahkan penduduk yang berada dalam klaster tersebut, untuk aktif memeriksakan diri ke dinas kesehatan terdekat.
Empat klaster acara yang diumumkan pada Selasa, 24 Maret 2020, adalah Musyawarah Daerah (Musda) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jabar di Karawang pada 9 Maret 2020, kemudian seminar bisnis syariah 25-28 Februari di Kabupaten Bogor dan Persidangan Sinode Tahunan Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) 26-29 Februari di Kota Bogor, serta seminar keagamaan di Lembang, Bandung Barat yang digelar pada 3-5 Maret 2020, dikutip dari detik.com.
Ridwan meminta semua orang yang hadir di empat klaster itu ikut uji cepat yang dilakukan pada Rabu 25 Maret 2020. Mereka semua masuk dalam kategori A atau yang paling berisiko tinggi terpapar. Jabar mencatat 73 warga positif covid-19 dengan 10 pasien di antaranya meninggal, per Kamis 26 Maret 2020.
Advertisement