Ittiba’ Rasul, Muhammadiyah Memaknai Tak Simbolik dan Personal
Pada Mukadimah Anggaran Dasar, Muhammadiyah meyakini bahwa nilai-nilai asas ajaran Islam dapat mewujud dalam kehidupan masyarakat hanya lewat jamaah atau organisasi.
Karena itu, Wakil Sekretaris Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Miftahulhaq menyebut upaya ittiba’ (mencontoh tindakan) rasul tidak cukup dilakukan dari sisi individu saja, apalagi jika ittiba’ itu dilakukan secara simbolik atau sekadar identitas personal.
“Muhammadiyah meyakini perjuangan itu semua hanya bisa dilakukan hanya dengan berorganisasi. Ini penting yang harus dipahami oleh kita bahwa kalau kita ingin berjuang, tidak mungkin bisa sendiri-sendiri. Padahal berjamaah saja kadang-kadang tidak kuat. Dan kalau sudah berorganisasi kita harus memahami kultur organisasi itu,” pesannya.
Dalam Pengajian KM3 Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Miftahulhaq menjelaskan bahwa Muhammadiyah dalam usaha mewujudkan nilai-nilai Islam itu kepada kehidupan masyarakat, ittiba’ yang digunakan bersifat maknawi.
“Ittiba’ rasul maknanya lebih luas dibanding, mohon maaf, fisik, penampilan, kadang-kadang kita terjebak pada itu. Ittiba’ adalah bagaimana perjuangan merangkul bukan memukul, menyikapi perbedaan dan orang yang berbeda dengannya, itulah yang dimiliki betul oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasalam,” tutur Miftah.
Jangan Terjebak Simbol
“Jadi memaknai ittiba’ rasul itu tidak terjebak pada simbol yang nampak lahiriyah, tapi lebih pada jiwa, sikap, perilaku itulah yang penting terutama dalam perjuangan dakwah dan bermasyarakat,” imbuhnya.
Menurut Miftah, karakter dan kultur ittiba’ Muhammadiyah yang dilakukan secara maknawi ini penting untuk terus dijaga agar dakwah Muhammadiyah tidak keluar dari poros yang dibangun oleh Kiai Ahmad Dahlan.
“Terwujudnya masyarakat adil, damai, sejahtera, semua merasakan kebaikan, itulah yang diharapkan oleh Muhammadiyah. Jadi masyarakat Islam yang sebenar-benarnya itu bukan berarti semuanya Islam, tapi bagaimana nilai-nilai ajaran Islam itu menjiwai seluruh kehidupan manusia, termasuk orang-orang di luar Islam yang mendapat manfaat dari agama Islam ini,” tuturnya.