ITS Siap Tampung Mahasiswa Untad untuk Kuliah
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya melalui Direktorat Kemahasiswaan mengumpulkan para mahasiswa asal Sulawesi Tengah (Sulteng) yang berjumlah 39 orang untuk melakukan pendataan yang terdampak bencana alam yang terjadi di Kota Palu, Sigi dan Donggala.
Pendataan itu dilakukan sebagai bagian dari kegiatan bertajuk 'Sinergi Membangun Pascagempa Palu' yang diadakan di gedung Perpustakaan ITS lantai dua, Rabu, 10 Oktober 2018.
Direktur Kemahasiswaan ITS, Dr Darmaji mengatakan jika kegiatan ini terdapat tiga tujuan. Pertama untuk memperoleh data mahasiswa yang berasal dari Sulteng yang keluarganya terdampak bencana dahsyat pada 28 September lalu.
Kedua, mahasiswa dapat memberikan masukan berupa saran kebutuhan apa yang lebih penting untuk bisa dikirim ITS ke Palu, Sigi dan Donggala.
"Kami harapkan mahasiswa bisa menjadi sumber informasi yang valid untuk permasalahan logistik apa yang dibutuhkan di sana, karena mereka juga bisa mendapatkan masukan dari keluarga mereka yang ada di sana," tutur dosen Matematika ITS ini.
Tak hanya itu, para mahasiswa ITS yang berasal dari Sulteng nantinya akan dilibatkan menjadi relawan guna membantu Tim ITS Tanggap Bencana ketika terjun langsung membantu para korban bencana yang ada di Sulteng.
Para mahasiswa ini nantinya juga bisa menjadi jembatan untuk para mahasiswa Universitas Tadulako (Untad) Palu yang ingin berkuliah di ITS dengan sistem Sit-In.
Hal ini sudah dinyatakan Rektor ITS, Prof Dr Ir Joni Hermana bahwa ITS siap menampung para mahasiswa Untad yang ingin melanjutkan studinya selama kampus mereka dalam tahap perbaikan.
Menanggapi kegitan ini, Angga Tegar Setiawan, mahasiwa pascasarjana Teknik Mesin ITS yang berasal dari Karaja Lemba, Kota Palu bersedia untuk menjadi salah satu relawan ITS untuk membantu para korban yang berada di Palu dan Donggala.
Ketika ditanya mengenai kabar keluarganya di sana, Angga menjawab bahwa keluarganya baik-baik saja. Namun tembok rumah mereka mengalami retak di beberapa bagian dan ada beberapa bagian rumah juga yang runtuh.
"Waktu gempa terjadi saya ada di Surabaya, adik yang ada di sana langsung telepon saya. Saat ini keluarga saya masih mengungsi di rumah saudara di kecamatan Rio Pakava," kata Angga. (amm)