ITDC Unair Janjikan Lima Jam Bisa Deteksi Virus Corona
Institute of Tropical Disease Center (ITDC) Universitas Airlangga dipercaya menjadi salah satu pusat rujukan penanganan virus corona oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia. ITDC sekarang sudah bisa meneliti sendiri semua sampel yang disodorkan oleh rumah sakit yang ada di Jawa Timur untuk menelusuri apakah dinyatakan positif atau negatif virus corona.
ITDC Unair menyambut baik hal itu, bahkan sudah sejak lama ketika awal gemparnya pemberitaan corona para peneliti sudah bisa meneliti. Namun, ketika itu Kementerian Kesehatan mengambilalih semuanya yang terpusat di Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) di Jakarta agar semua berjalan satu pintu.
ITDC Unair bekerja sama dengan Kobe University di Jepang. ITDC Unair pun mendapatkan reagen untuk memeriksa dan mendeteksi virus corona. Reagennya yaitu premier spesifik yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi seseorang yang suspect atau confirm virus corona.
"Atas mandat yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan ini, RSUA bersama ITDC Unair akan berkolaborasi untuk mengidentifikasi keberadaan virus corona," ujar Rektor Unair, Prof Mohammad Nasih.
Terkait kesiapan, Nasih mengaku sangat siap karena Unair telah memiliki alat yang dapat mendeteksi virus tersebut. Adalah alat PCR yang digunakan untuk mendeteksi DNA virus yang berada di Labolatorium Biosafety Level 3(BSL3) yang sudah standar WHO.
“Jadi, 1000 persen kita sudah sangat siap,” ungkapnya.
Sementara itu, terkait teknis Ketua ITD Unair, Prof Maria Lucia Inge Lusida mengatakan, dalam waktu cepat timnya bisa mengetahui hasil pemeriksaan. Karena telah memiliki PCR dan reagen atau pereaksi kimia untuk mendeteksi virus.
“Dua sampai tiga hari sudah bisa. Tapi, kalau lima jam sudah selesai langsung kita umumkan,” ungkap Inge.
Dari stok reagen yang ada, Inge mengaku, bisa digunakan untuk menangani 2000 sampel yang masuk dari rumah sakit.
“Kalau menipis tentu kami akan pesan lagi. Prinsipnya kami sudah siap. Karena kalau reagennya ada penanganan jadi lebih mudah dan cepat tanpa harus dikirim ke Jakarta,” ungkapnya.
Meski begitu, walau sudah bisa meneliti secara mandiri, Inge tetap akan melakukan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan terkait pengembangan penelitian.
Inge mengaku, memang sebelumnya Kementerian Kesehatan mengambil kebijakan penelitian satu pintu. Semua penanganan suspect virus corona dilakukan sendiri, sehingga membuat penanganan menjadi lebih lama.
Sementara itu, sebelumnya Kementerian Kesehatan melalui juru bicara penanganan virus corona, Achmad Yurianto telah mengumumkan penunjukan Universitas Airlangga untuk dapat mempercepat proses penelitian.