Istri Indra Bekti Idap Efusi Pleura
Istri host Indra Bekti, Aldila Jelita, didiagnosis Efusi Pleura. Karena penyakit tersebut, ibu dua anak itu pun mesti menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Dari cerita Indra Bekti di Youtube Melaney Ricardo, penyakit efusi pleura yang diidap Aldila Jelita menyebabkan sesak napas secara berkelanjutan.
Tindakan penyelamatan yang dilakukan kemudian adalah menyedot cairan yang memenuhi paru-paru sebelah kiri dari punggung. Menurut Indra Bekti, sang istri pertama kali mengeluhkan sesak napas pada awal Agustus 2020. Kemudian, Aldila Jelita datang ke klinik dan mendapatkan infus.
“Tapi sayang, sesak napasnya tak kunjung hilang. Bahkan, saat menaiki anak tangga di rumah, Aldila mengeluh sesaknya datang lagi dan wajahnya teramat pucat,” tutur Indra Bekti.
Setelah itu, Indra Bekti membawa sang istri ke rumah sakit. Beberapa pemeriksaan dilakukan, mulai dari tes darah dan foto toraks. Hasilnya memperlihatkan adanya cairan di paru-paru kiri Aldila Jelita.
“Istri saya itu tidak merokok dan begadang. Sampai akhirnya 21 dilakukan penyedotan cairan di paru. Sempat takut Covid-19 tapi hasil swabnya negatif,” terang Indra Bekti.
Apa yang dialami Aldila Jelita ini perlu diketahui publik agar tidak menyepelekan sesak napas. Terkait dengan penyakitnya, Efusi Pleura atau dalam bahasa medis disebut dengan Pleural Effusion adalah gangguan penyakit di paru-paru.
Menurut laporan ilmiah yang diterbitkan di Aerzteblatt.de, efusi pleura merupakan kondisi rongga paru-paru terisi cairan. Dikatakan di sana, situasi ini sangat umum terjadi. Terkait dengan penyebabnya, para peneliti mengatakan sangat bervariasi, mulai dari efusi yang tidak berbahaya yang menyertai adanya virus peradangan di selaput dada, hingga efek dari gagal jantung kongestif atau kanker.
"Penyebab tersering adalah gagal jantung, kongestif, kanker, pneumonia, dan emboli paru. Selain itu, pasien yang menderita hipertensi pulmonal idiopatik dan familial pun mengalami Efusi Pleura," ungkap laporan itu.
Pasien dengan efusi pleura non-ganas memiliki angka kematian per tahunnya di kisaran 25 persen sampai 57 persen. Di laporan ini pun dijelaskan bahwa salah satu gejala yang bisa dikenali dari penyakit Efusi Pleura ialah nyeri di dada yang memiliki kelainan ataupun sesak napas. Pada beberapa kasus, gejala tidak membaik meski cairan sudah disedot.
"Bukan hanya dua gejala itu, beberapa pasien Efusi Pleura kerap mengeluhkan batuk kering yang dapat dijelaskan sebagai manifestasi dari peradangan di area pleura atau kompresi paru-paru akibat cairan yang banyak. Penyakit ini juga dikaitkan dengan penurunan kualitas tidur," tulis laporan tersebut.
"Dikatakan juga bahwa 70 persen dari 126 pasien dengan Efusi Pleura memiliki penyebab tunggal, tetapi 30 persen lainnya memiliki lebih dari satu penyebab. Efusi Pleura multifaktoral dapat menciptakan tantangan tersendiri dalam diagnostik maupun teraputiknya," tambah laporan itu.
Laporan ini ditulis oleh Julius-Maximilians-Universität Würzburg, Klinikum Würzburg Mitte, Missioklinik, Department of Pneumology: Prof. Dr. med. Berthold Jany (Chefarzt i. R.), Department of Respiratory Medicine, Hannover Medical School: Prof. Dr. med. Tobias Welte, Klinikum Würzburg Mitte, Standort Missioklinik Pneumologie, dan Adalbert-Stifter-Weg 16, Würzburg, Germany.
Advertisement