Istana Majapahit di Situs Kumitir Mojokerto Mulai Terlihat
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim berharap Pemerintah Daerah Kabupaten Mojokerto membebaskan lahan Situs Kumitir untuk keperluan ekskavasi lanjutan setelah istana yang diduga persinggahan Bhre (Raja) Wengker itu sudah mulai terlihat.
Situs purbakala di Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, bakal menjadi titik strategis untuk menelusuri jejak Keraton Majapahit. Situs Kumitir, ditemukan di area persawahan dan kawasan pembuatan bata merah milik warga, di Dusun Bendo, Desa Kumitir, pada 20 Juni 2019, kemudian mulai diekskavasi pada Oktober 2019.
Arkeolog BPCB Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho, menjelaskan, ekskavasi Situs Kumitir tahun 2021 ini sudah memasuki tahap ke 4 di tahun ke tiga. Istana Raja Wengker ini diperkirakan memiliki luas sekitar 6,4 hektare di atas lahan persawahan milik warga.
"Kesulitan kami terkait status lahan, karena di area seluas 6 hektare ini sebagian besar masih milik masyarakat, sehingga tantangannya setelah ini nampak kemudian ke depan apakah kejelasan status lahan ini bisa diselesaikan apakah sewa atau kemudian dibebaskan," kata Wicaksono.
Ekskavasi Situs Kumitir di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo digelar tim dari BPCB Jatim pada 2019, 2020 dan 2021. Penggalian arkeologis tahap keempat tahun ini berlangsung selama 22 hari, mulai tanggal 06 hingga 30 September 2021.
Sampai saat ini, tim ekskavasi berhasil menemukan tembok pelindung Situs Kumitir. Struktur tembok dari bata merah itu mempunyai ketebalan 140 cm dan tinggi 120 cm. Tembok ini mengelilingi Situs Kumitir hingga membentuk area persegi panjang seluas 64.148 meter persegi atau 6,4 hektare. Yaitu panjang tembok dari barat ke timur 316 meter dan 203 meter dari utara ke selatan.
Selain itu pada ekskavasi tahap keempat ini arkeolog menduga kuat pintu gerbang istana Raja Wengker berada di sisi barat bangunan utama yang ditemukan tepat di sebelah barat tempat pemakaman umum Dusun Bendo. Bangunan seluas 20 x 26 meter persegi itu menghadap ke barat, atau lurus dengan pintu gerbang yang ditemukan di tembok keliling sisi barat.
Selain berbagai temuan arkeologis, hipotesis Situs Kumitir adalah istana Bhre Wengker juga ditunjang bukti-bukti literatur. Antara lain dari Kitab Negarakertagama, Kidung Wargasari dan Pararaton.
"Mengingat yang kami temukan di Situs Kumitir yang merupakan bagian dari istana Bhre Wengker sangat penting bagi jejak peradaban situs Majapahit di Trowulan," ujar Wicaksono.
Bhre Wengker bergelar Wijayarajasa merupakan raja kecil atau raja negara bagian yang menjadi bawahan Raja Majapahit. Kala itu, Majapahit dipimpin Hayam Wuruk tahun 1350-1389 masehi. Bhre Wengker menikah dengan Bhre Dhaha yang bergelar Rajadewi Maharajasa.
Bhre Dhaha dan Tribuana Tunggadewi sama-sama putri Raden Wijaya, raja pertama Majapahit. Dengan begitu, Bhre Wengker adalah menantu Raden Wijaya sekaligus paman Raja Hayam Wuruk. Karena Hayam Wuruk putra Tribuana Tunggadewi.
Situs Kumitir juga menjadi tempat pendarmaan atau tempat menghormati Mahesa Cempaka, salah seorang raja bawahan Singosari. Bhre Wengker membangun tempat suci untuk menghormati leluhurnya, Mahesa Cempaka di dalam istananya yang kini menjadi Situs Kumitir.