Israel Gempur Rafah, Raja Yordania Desak Gencatan Senjata Segera
Israel mulai menyerang Rafah, di Gaza, tempat pengungsian yang disebut sebagai lokasi teraman di Gaza. Aksi itu menyebabkan sejumlah negara mendesak gencatan senjata dan menyebut Israel justru melanggar putusan sela Mahkamah Internasional ICJ.
Serangan di Rafah
Rafah menjadi wilayah pengungsian terakhir warga Gaza, sejak serangan 7 Oktober 2024. Sedikitnya 1,4 juta warga berdesakan di wilayah yang sempit.
Namun mereka kembali mengungsi ke tempat lain, setelah Israel menyerang lokasi yang penuh dengan warga sipil dan terluka itu, dalam beberapa hari terakhir.
Diterjemahkan dari Al Jazeera, pengungsi di Gaza mulai berpindah lokasi, meninggalkan Rafah. Namun sebagian besar wilayah di Gaza telah dihancurkan Israel.
Warga kesulitan mencari tempat pengungsian baru, di tengah ancaman kelaparan akibat bantuan yang dilarang masuk dari Rafah.
Dorongan Gencatan Senjata
Kondisi itu menyebabkan Raja Yordania Abdullah II meminta Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk segera mendorong terjadinya gencatan senjata di Gaza. "Dunia tak bisa (membiarkan serangan darat Israel di Rafah)," katanya.
Desakan juga datang dari Pimpinan Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell. Ia meminta agar Amerika Serikat berhenti menjual senjata ke Israel. "Terlalu banyak orang tewas," katanya.
Kecamatan juga datang dari Pakistan. Ia mengingatkan Israel untuk mematuhi putusan sela Mahkamah Internasional ICJ. "Serangan di Rafah melanggar putusan dari ICJ, untuk melindungi warga Gaza dari aksi genosida," kata Kementerian Luar Negeri Pakistan.
Selain mengingatkan Israel, Pakistan juga mendorong Dewan Keamanan PBB untuk segera "mengambil langkah darurat untuk mengakhiri agresi Israel," katanya.
Sedangkan, Hamas menyebut jika serangan Israel di Rafah menyebabkan tiga tawanan Hamas tewas. Diketahui, korban tewas di Gaza kini mencapai 28.340, dengan korban terluka mencapai 67.984 orang. Sedangkan korban di pihak Israel mencapai 1.139 orang sejak 7 Oktober 2023.
Advertisement