Isra' Mi’raj, Tonggak Penting dalam Kalender Islam dan Mukjizat Rasulullah
Isra' dan Mi'raj terjadi karena beberapa sebab. Nabi Muhammad SAW sedang bersedih karena kehilangan pamannya, Abu Thalib, dan istrinya, Khadijah.
Nabi Muhammad SAW mengalami hambatan dan gangguan dalam menyebarkan agama Islam di kota Makkah.
Allah SWT ingin menghibur Nabi Muhammad SAW. Allah SWT ingin Nabi Muhammad SAW melihat tanda-tanda kebesaran-Nya. Allah SWT ingin memberikan perintah salat fardhu lima waktu kepada Nabi Muhammad SAW.
Hal ini diungkapkan KH Syaikuddin Rohman SH,MH Ketua MUI Kabupaten Blitar dan Anggota A'wan PCNU Kabupaten Blitar saat Kajian Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan Ta'mir Masjid Al Musthofa Desa Bakung, Udanawu, Kabupaten Blitar,Kamis 9 Januari 2025.
"Isra' Miraj merupakan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, kemudian naik ke langit ketujuh ( Sidratul Mutaha) dalam satu malam.
“Peristiwa ini merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW dan tonggak penting dalam kalender Islam," ujar Kiai Cikut panggilan akrabnya yang juga selaku pengurus Pondok Pesantren Al Mahmud, Bacem Ponggok Blitar ini.
Menurut Kiai Cikut peristiwa Isara' Mi'raj, fakta yang terkandung dalam sejarah singkat Isra Mi’raj dalam Hadits adalah sejarah yang penting untuk diketahui oleh umat Islam. Banyak sekali hikmah yang didapat dalam peristiwa dan sejarah Isra Mi’raj.
Kejadian yang berlangsung pada 27 Rajab di tahun kedelapan kenabian ini merupakan peristiwa perjalanan suci Nabi Muhammad SAW. Dilakukan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Palestina, hingga naik ke Sidratul Muntaha di langit ke tujuh dalam satu malam.
"Jika dipikir menggunakan logika terasa tidak masuk akal. Namun umat Islam harus mengimaninya karena terdapat keterangan dari hadits-hadits yang shahih dan juga Al-Qur’an.
Pengertian peristiwa Isra Miraj mencatat, berdasarkan kajian sebagian besar ulama tafsir bahwa peristiwa Isra Miraj adalah suatu peristiwa yang amat istimewa dan maha agung," jelas mantan wakil Ketua DPRD Kabupaten Blitar ini.
"الإِسْــــــــرَاءُ : هُوَ تَوَجُّهُ النَّبِيِّ ﷺ لَيْــــــــــلًا مِنَ الْمَسْــجِدِ الْحَـــرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصٰى"
Isra atau sara ‘سرى’ artinya adalah perjalanan di malam hari. Secara istilah, Isra adalah perjalanan Rasulullah SAW pada suatu malam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina. Peristiwa ini disebutkan oleh Allah SWT di dalam Al Qur’an :
سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِيٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلٗا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِي بَٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنۡ ءَايَٰتِنَآۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ
Artinya: “Maha Suci Allah, yang telah mempertahankan hambaNya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan padanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS Al Isra:1).
Kiai Cikut menjelaskan awal ayat tadi, Allah SWT berfirman diawali dengan kata Subhana ’ yang berarti ‘maha suci’, tidak terdapat pada 113 surat lain dalam Al Qur’an. "Ini dapat mewakili pembuktian kecintaan dan kasihNya terhadapnya hamba tercintaNya, Nabi Muhammad SAW," jelas Kiai Cikut.
Hal ini juga merupakan sebuah peristiwa yang amat dahsyat, lanjut Kiai Cikut. Karena tidak pernah dialami oleh manusia-manusia sebelumnya. Rasulullah SAW menempuh perjalanan secepat kilat lalu naik ke langit hingga Sidratul Muntaha.
الـمِعْـــــرَاجُ : هُوَ صُعُوْدُ النَّبِيِّ ﷺ إِلَى الْعَالَـمِ الْعُلْوِيِّ وَ فِيْهِ فُرِضَتِ الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ
Sedang Mi’raj secara bahasa artinya naik. Secara istilah adalah naiknya Rasulullah SAW ke Sidratul Muntaha. Dalam Al Qur’an, Miraj ini disinggung dalam surat An-Najm.
وَلَقَدۡ رَءَاهُ نَزۡلَةً أُخۡرَىٰ ١٣ عِندَ سِدۡرَةِ ٱلۡمُنتَهَىٰ ١٤ عِندَهَا جَنَّةُ ٱلۡمَأۡوَىٰٓ ١٥ إِذۡ يَغۡشَى ٱلسِّدۡرَةَ مَا يَغۡشَىٰ ١٦ مَا زَاغَ ٱلۡبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ ١٧ لَقَدۡ رَأَىٰ مِنۡ ءَايَٰتِ رَبِّهِ ٱلۡكُبۡرَىٰٓ ١٨
Artinya: “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,(yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal,(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputi ya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar”. (QS An-Najm:13-18) sitirnya.
Menurut Kiai Cikut kisah-kisah tadi juga dijelaskan oleh Syekh Muhammad Khudori dalam Nur Al Yaqin fi Sirati Sayyidil Mursalin.
"Beliau menjelaskan adapun hal yang memicu terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj yaitu sebagai bentuk tasliyah (hiburan) yang Allah SWT berikan kepada kekasihnya (Nabi Muhammad SAW) karena ditinggal oleh dua orang yang dicintainya yaitu Khadijah sang istri dan Abu Thalib sang paman.
“Peristiwa ini tepatnya terjadi pada tahun ke-11 dari kenabian (Nabi Muhammad SAW saat itu berumur 51 tahun) atau biasa disebut dengan ‘amul huzn (tahun kesedihan)," ulas nya.
Fakta di Balik Sejarah Peristiwa Isra Mi’raj dalam Islam, jelas alumnus Pondok Lirboyo Kediri ini ada beberapa hal yang harus diketahui di dalam peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut. Di antaranya:
Nabi Muhammad SAW naik ke atas langit dengan Ruh dan Badan nya. "Nabi Muhammad SAW di isro' mi'rojkan oleh Allah SWT hingga ke atas langit bersama badan dan rohnya. Dan badan beliau masih tetap dalam bentuk aslinya, tidak berubah menjadi cahaya," jelas Kiai asal Udanawu ini.
-Pemahaman Kewajiban Shalat. Perayaan Isra Mi’raj maknanya adalah mengagungkan dan menghidupkan Sunnah Nabi Muhammad SAW, karena perayaan Isra Mi’raj akan selalu mengangkat tema kisah Isra Mi’raj Nabi, dengan pembahasan panjang lebar dan ditekankan pada pemahaman kewajiban shalat lima waktu.
-Nabi Muhammad SAW melihat Allah SWT dengan Mata Hatinya ketika Nabi Muhammad SAW di Mi’rajkan oleh Allah SWT, disebutkan bahwa beliau berbicara langsung dengan Allah SWT. Namun menurut jumhur ulama bahwa Nabi Muhammad SAW saat itu tidak melihat dengan mata kepala beliau, akan tetapi melihat Allah SWT dengan mata hatinya.
Allah SWT Tidak Butuh tempat.
Nabi Muhammad SAW berbicara dengan Allah SWT diatas Mustawa. Namun jangan berangan-angan bahwa Allah SWT ada di atas langit. Maka yang perlu diketahui bahwa atas Mustawa bukan tempat Allah SWT, melainkan tempat Nabi Muhammad SAW.
-Nabi Muhammad SAW bertemu para Nabi dan Rasul. Nabi Muhammad SAW dalam keadaan hidup bertemu dengan para Nabi dan Rasul yang telah meninggal dunia dan berbincang. Itu adalah mukjizat dan yang dipahami para ulama bahwa orang yang hidup saat ini bisa saja bertemu dengan Nabi Muhammad SAW sebagai karomah yang diberikan oleh Allah SWT.
"Meski peristiwa Isra Mi’raj ini mungkin tidak terfikir oleh nalar manusia biasa wajib diimani oleh kaum muslimin," tambahnya.
Ini dapat mewakili pembuktian kecintaan dan kasih-Nya terhadapnya hamba tercinta-Nya, Nabi Muhammad SAW.
Ini juga merupakan peristiwa yang amat dahsyat karena tidak pernah dialami oleh manusia-manusia sebelumnya. Rasulullah SAW menempuh perjalanan secepat kilat lalu naik ke langit hingga Sidratul Muntaha.
Dari peristiwa Isra Mi’raj, kita tentu perlu memahami hikmah dari perjalanan ini. Banyak sekali hikmah dan pembelajaran yang bisa kita dapatkan dari perjalanan Nabi Muhammad SAW ini. Isra dan Mi’raj adalah perkara yang sangat jelas dan eksplisit disebutkan dalam Al-Qur’an, sebuah kejadian yang pasti terjadi, pasti benar dan tak ada keraguan sama sekali meskipun akal manusia tidak dapat menjangkaunya.
Sebelum perjalanan Isra Mi’raj dimulai, kata Kiai Cikut,Rasulullah SAW terlebih dahulu dibedah hatinya oleh malaikat Jibril dan Mikail untuk selanjutnya dicuci dengan air Zam-zam tiga kali dan isinya hati mulia itu dengan hikmah dan iman.
Pembedahan ini dilakukan sebelum memasuki inti cerita perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, untuk selanjutnya diteruskan hingga Sidratul Muntaha. Dari pembedahan hati Nabi Muhammad SAW ini, kita mendapatkan pelajaran bahwa hati adalah hal terpenting dalam diri manusia.
Hati merupakan pusat metabolisme keimanan dan ketakwaan. Sedangkan sekarang banyak orang hanya mengandalkan otaknya dengan logika dan rasio dan meluapkan peran hati yang sangat penting ini.
Padahal berbagai pertimbangan keadilan dan kebenaran sumbernya adalah hati, bukan otak. Hati membawa kita kepada kebaikan universal, sedangkan otak hanya akan mengantarkan kamu kepada kebaikan parsial, kebaikan yang telah tercampur dengan berbagai kepentingan.
"Peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW dalam waktu singkat telah tersebar luas kabarnya di masyarakat Mekkah. Mengenai peristiwa itu kaum kafir Quraisy semakin membenci serta mengejek dan mencemooh Nabi Muhammad SAW," tandasnya.
"Abu Jahal menantang kepada Nabi Muhammad SAW untuk menceritakan peristiwa itu kepada masyarakat Mekkah, setelah masyarakat Mekkah berkumpul maka Nabi Muhammad SAW menceritakan peristiwa itu dengan rinci dan tiada yang terlewati. Mendengar cerita
Nabi Muhammad SAW bagi umat Islam yang masih lemah imannya banyak yang menjadi murtad tetapi bagi yang kuat imannya tetap tidak tergoyahkan dan tidak terpengaruh oleh ejekan itu, sebab mereka telah yakin tentang kebenaran Nabi Muhammad SAW," tambah Kia Cikut.
Cerita lain dari peristiwa ini terhadap apa yang dilakukan Abu Bakar Ash Shiddiq, ia mempunyai sikap yang berbeda dengan yang lain, setelah ia datangi orang-orang yang masih ragu dengan peristiwa Isra Mi’raj.
Abu Bakar mendatangi Rasulullah SAW dan meminta penjelasan langsung. Setelah mendengar sendiri dari Rasulullah SAW, Abu Bakar Ash Shiddiq langsung menerimanya oleh sebab itu Nabi Muhammad SAW memanggilnya dengan sebutan “Ash-Shiddiq”.
Dari penjelasan tersebut dapat diambil hikmah bahwa peristiwa Isra Miraj hendaknya menambah dan mempertebal keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan perintahNya yakni melaksanakan sholat lima waktu.
Advertisement