Ismail Sabri dan Anwar Ibrahim, Bersaing Ketat Jadi PM Malaysia
Tenggat waktu Dewan Rakyat untuk mencalonkan perdana menteri baru, yang diberikan Raja Malaysia, berakhir Rabu 18 Agustus 2021, pukul 16:00 waktu Malaysia. Dua kandidat mencuat sebagai calon terkuat: Ismail Sabri dan Anwar Ibrahim.
Kedua tokoh tersebut, bersaing merebut dukungan mayoritas di parlemen. Semua anggota parlemen mengirimkan nama kandidat secara terpisah kepada kerajaan, untuk ditunjuk membentuk pemerintahan. Hingga berita ini diturunkan, kerajaan belum mengumumkan nama kandidat yang unggul.
Anwar Ibrahim Amankan Parlemen
Anwar dikabarkan berhasil mengamankan semua anggota parlemen oposisi yang berjumlah 105 orang. Tidak jelas apakah dia mampu meraih enam suara tambahanyang diperlukan untuk membukukan mayoritas di parlemen.
Dia digadang-gadang sebagai calon paling populer, namun pencalonannya bergantung pada kemampuan koalisi pemerintah memobilisasi dukungan di barisan sendiri.
Sebabnya Ismail Sabri Yaakob dianggap memiliki peluang terbesar. Kader United Malays National Organisation (UMNO) itu menjabat wakil perdana menteri di era Muhyiddin Yassin dan mengepalai penanganan pandemi Covid-19 di Malaysia.
Sabri diyakini akan mampu mengamankan dukungan semua rekan koalisi yang sebelumnya menopang pemerintahan Muhyiddin.
Dialog di Istana
Raja Malaysia, Yang di-Pertuan Agong Abdullah dari Pahang, mengundang siapapun yang memenangkan pencalonan parlemen untuk berdialog di istana pada Jumat 20 Agustus 2021 esok.
Dalam sebuah keterangan pers, dia menetapkan calon perdana menteri harus menjalani mosi tidak percaya untuk membutikan "dukungan mayoritas di parlemen.”
"Raja mengatakan kisruh politik tanpa akhir telah menghalangi tugas pemerintahan ketika kita masih berhadapan dengan ancaman pandemi Covid-19,” tulis istana dalam keterangan persnya.
Krisis Berkepanjangan
Kisruh politik di Kuala Lumpur bereskalasi ketika Malaysia dibekap pandemi corona dan kelesuan ekonomi. Rapuhnya stabilitas ditengarai ikut mengusir investor asing dari negeri jiran ini dan sekaligus memperkuat arus aliran modal ke luar negeri.
Saat ini Kuala Lumpur melaporkan angka infeksi corona harian mencapai rekor dengan 22.000 kasus. Ironisnya, lonjakan kasus infeksi corona terjadi di tengah pembatasan sosial berskala besar yang berlaku sejak pertengahan Mei lalu.
Krisis kesehatan dan kisruh politik di Kuala Lumpur menjungkalkan pertumbuhan ekonomi yang berkontraksi dua persen pada kuartal kedua 2021.
Koalisi Digoyang
Konflik kekuasaan di Kuala Lumpur tak kinjung meredup pasca pelantikan Muhyiddin Yassin sebagai perdana menteri, 17 bulan silam. Kekuasaannya yang didukung mayoritas tipis mulai rapuh ketika koalisi pemerintah didera konflik internal.
Mahathir, yang adalah seorang dokter, pernah memimpin Malaysia pada 1981 hingga 2003 dan dijuluki "Bapak Modernisasi" Malaysia. Ketika menjabat sebagai PM, ia memimpin Partai Ketubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu (Pekembar), partai inti dari koalisi Barisan Nasional (BN) yang memimpin pemerintahan Malaysia sejak merdeka tahun 1957.
Muhyiddin mengaku krisis dipicu oleh penolakannya membatalkan dakwaan terhadap sejumlah individu.
"Saya tidak akan bersekongkol dengan kelompok kleptokrat, mencampuri indepedensi lembaga pengadilan hanya untuk bertahan di kekuasaan,” kata dia dalam sebuah pidato, Senin 16 Agustus 2021.
UMNO yang menopang koalisi pemerintah, digoyang dakwaan korupsi terhadap bekas PM Najib Razak dan Ketua Umum Ahmad Zahid Hamidi. Keduanya bersikeras tidak bersalah. Awal Agustus silam keduanya termasuk ke dalam tokoh yang menarik dukungannya terhadap Muhyiddin.
Advertisement