Islam Washatiyah Bisa Terwujud dengan Ilmu, Pesan Kiai Said Aqil
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengatakan, Islam washatiyah dapat terwujud apabila setiap individunya senantiasa membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan mengamalkannya. Esensi dari ilmu dengan beragam cabangnya memungkinkan membentuk manusia menjadi pribadi yang dapat saling menghargai antar sesama.
Kiai Said Aqil mengungkapkan hal itu, di depan mahasiswa baru UIN Jakarta, dalam kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2019, akhir Agustus 2019 lalu di Auditorium Harun Nasution, kampus I UIN Jakarta.
Kiai Said menambahkan, sejak turunnya Islam yang dibawa oleh Baginda Nabi Muhammad Saw, tidak pernah tersirat atau pun tersurat untuk saling membenci, mencaci dan memusuhi sesama, baik yang seagama maupun bukan.
“Selama tidak ada pelanggaran hukum, siapa pun dia bukan musuh kita. Karena memang Allah menciptakan manusia bukan untuk saling membenci dan bermusuhan,” kata Kiai Said.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum PBNU tersebut berpesan kepada para mahasiswa terutama yang baru, untuk terus menggali ilmu sebanyak-banyaknya selama menempuh pendidikan di kampus UIN Jakarta.
“Prinsip washatiyah dapat terwujud dengan kolaborasi antar al-Qur’an, Hadits, Ijma dan Qiyas. Kemudian untuk memahami itu semua dibutuhkan ilmu, dan salah satu jalan mendapatkan ilmu dengan belajar seperti anak-anakku sekalian ini,” jelasnya.
Di pertengahan pemaparannya, Kiai Said menarik kesimpulan umum bahwa washatiyah itu ada beberapa macam, di antaranya washatiyah fi al syari’ah (hukum/perundang-undangan), washatiyah fi al Aqidah (tauhid/ketuhanan), dan washatiyah fi al Siyasah (politik/kenegaraan).
Kiai Said Aqil Siroj dikenal sebagai pakar tasawuf. Ia pun kerap menjelaskan, Islam masuk ke Nusantara dengan jalan damai karena nilai-nilai tasawuf lebih menekankan akan kedamaian dan cinta. Dengan begitu, Islam yang dibawa Walisongo di Nusantara ini memberikan watak wasathiyah, alias Islam moderat yang rahmatan lil 'alamin.
Sekadar informasi, kegiatan tahunan yang mengusung tema Terwujudnya Mahasiswa Akademis, Kritis, Inovatif Dalam Mengamalkan Nilai-nilai Keislaman dan Keindonesiaan tersebut, berlangsung selama tiga hari, Selasa-Kamis (27-29/08), dan diikuti sekitar 6400 peserta yang terdiri dari 12 Fakultas yang ada di UIN Jakarta.
Turut hadir dalam acara yang diselenggarakan oleh BEM Universitas tersebut, Rektor UIN Jakarta Amany Lubis, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Sururin, dan segenap sivitas akademika UIN Jakarta.