Islam Nusantara, Dakwah NU Disambut Ulama Maroko dan Ukraina
“Saya senang NU mempunyai paham islam yang dalam, mengetahui toleransi, dakwah dengan kebijaksanaan dan nasihat yang baik dari ulama Indonesia, dan pesantren. Saya belum pernah melihat hal tersebut di Arab”, tutur Syeik Ahmad Yakhluf
Rektor Muassasah Al-Fath, Wujdah, Maroko, Syeikh Ahmad Yakhluf, dan ulama Ukraina Syeikh Tamim, mengaku akan eksistensi Nahdlatul Ulama (NU) yang menanamkan nilai-nilai Islam ala aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah an Nahdliyyah dan hubungan agama dengan negara. Demikian itulah terformat dalam dakwah NU dengan Islam Nusantara.
“Saya senang NU mempunyai paham islam yang dalam, mengetahui toleransi, dakwah dengan kebijaksanaan dan nasihat yang baik dari ulama Indonesia, dan pesantren. Saya belum pernah melihat hal tersebut di Arab”, tutur Syeik Ahmad Yakhluf, dikutip ngopibareng.id, Rabu 25 Juli.
Senada dengan Syeikh Ahmad, ulama asal Ukraina Syeikh Tamim juga menyatakan, masyarakat Muslim Indonesia merupakan model baik untuk bangsa lain. Pasalnya, lanjutnya mereka berpegang teguh pada pemahaman dan akidah yang baik.
“Islam Nusantara anda adalah contoh model baik untuk bangsa lain. Dia menunjukkan identitas Islam dengan penuh akhlak yang mulia,” tutur Syeikh Tamim yang juga sebagai Mufti Ukraina.
Mufti Ukraina itu berpandang, NU merupakan organisasi yang membangkitkan umat Islam dengan perantara ulama. Ia kagum dengan keberadaannya yang tersebar di berbagai negara. “Kami berharap agar NU tetap menjaga manhaj yang telah Hadratussyeikh Hasyim Asyari bangun pondasinya dalam menjaga identitas Muslim, menyebarkan akidah yang baik, dan melawan ahlul bidah,” tegasnya.
Hal itu terungkap dalam kunjungan silaturahim kedua tokoh tersebut ke Kantor PBNU di Jakarta, Jakarta, Jumat 20 Juli lalu.
Usai pertemuan Syeikh Tamim mendoakan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj agar diberikan kekuatan dan kesabaran dalam membimbing umat di Indonesia.
"Saya berharap ia (Kiai Said) untuk mengunjungi kami. Kami mengambil pengalaman dari bangsa Indonesia," kata Syaikh Tamim, Mufti Ukraina.
Sementara itu, Kiai Said mengatakan, kunjungan mereka guna bertukar pikir masalah keislaman. "Tukar pikir kondisi Islam di sana," katanya.
Menurut Kiai Said, permasalahan di sana tidak berbeda dengan yang terjadi di Indonesia. "Sama masalah Islam di sana, mucnculnya kelompok Islam radikal di mana-mana," ujarnya, "Yang mengotori nama Islam itu Wahabi, ISIS," lanjutnya.
Selain itu, mereka juga membincangkan perihal kurikulum di sana. "Kurikulumnya sama dengan di pesantren," kata Kiai Said.
Lebih jauh Syaikh Tamim menyatakan, kunjungannya kali itu menjalin hubungan dengan Muslim Indonesia. Pasalnya, orang-orang beriman itu bersaudara, katanya mengutip ayat Al-Qur'an.
Ia pun mengutip hadis Qudsi, Haqqat mahabbati lilmutahabbina fiya, haqqat mahabbati lilmutawashilina fiyya, haqqat mahabbati lilmutazawirina fiyya, walil mutanasihina fiyya. "Ini adalah dasar berhubungan dengan berhubungan dengan muslim," ujarnya.
Mufti Ukraina meceritakan keadaan Muslim di Ukraina dan berbagi pengalaman masing-masing.
"Saya berharap ia (Kiai Said) untuk mengunjungi kami. Kami mengambil pengalaman dari bangsa Indonesia," lanjutnya.
Pada bagian lain, Syaikh Ahmad Yakhluf menyatakan, kunjungannya ke PBNU karena para pelajar di sana menceritakannya.
"Kami bercerita tentang banyak hal tentang keumatan, seperti akidah," katanya.
Di samping itu, ia juga mengatakan, dirinya memerangi radikalisme dan paham yang keras yang ada di Arab dan Islam.
"Kami juga meminta agar dapat menumbuhkan toleransi dan membangun umat yang tawasuth," pungkasnya.
Syeikh Ahmad Yakhluf menyebut Nahdlatul Ulama sebagai model bagi ulama-ulama dunia. Ia beralasan, NU menyebarkan Islam yang toleran dan pemahamannya yang sangat dalam. Hal ini membuatnya gembira melihat Muslim di Indonesia yang terlihat toleran dan moderat.
"Saya gembira dengan toleransi, paham Islam yang dalam, dakwah dengan kebijaksanaan dan nasihat yang baik dari ulama Indonesia, dan pesantren yang menggambarkan tawasuth," kata Rektor Muassasah Al-Fath, Wujdah, Maroko itu.
Ia menyatakan tidak pernah melihat hal tersebut di Arab. "Saya tidak melihat orang Arab mengikuti orang Islam Indonesia," katanya. (adi)
Advertisement