Islam Moderat, Mu`ti: Umat Tengahan Konsisten Memegang Prinsip
Muhammadiyah sebagai gerakan wasathiyah Islam Berkemajuan, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti menjelaskan, ummatan wasatha atau umat yang tengahan dan moderat yang dipilih sebagai jati diri Muhammadiyah, tidak lembek atau bahkan tidak "mengembek".
Mu`ti mengatakan, ummatan wasatha adalah umat yang konsisten mengikuti Allah dan Rasul-Nya, memegang teguh dan menegakkan kebenaran, serta melenyapkan kebatilan. Selanjutnya, ummatan wasatha juga bisa dimaknai sebagai umat yang konsisten kepada prinsip dan tidak goyah oleh keadaan.
Mengutip Ibnu Katsir, wasatha dipahami sebagai pilihan yang terbaik. Ibnu Katsir juga menyebut wasatha sebagai moderat, tidak ekstrem atau bersikap biasa–wajar dan tidak berlebihan.
Wasatha oleh Ibnu Katsir juga disebut sebagai orang yang bijaksana karena ilmunya, yaitu orang yang bersikap pada dasar ilmiah dan bukan orang yang bersikap berdasarkan prasangka.
“Prasangka itu tidak membawa manusia kepada kebenaran, sementara kalau ilmu adalah kunci untuk manusia itu tidak hanya menjadi orang yang bijaksana, tapi juga menjadi orang yang senantiasa berpijak pada kebenaran,“ ungkap Abdul Mu'ti, dalam Pengajian Ramadhan yang diadakan Unisa Yogyakarta secara daring.
Merujuk kepada beberapa penjelasan tersebut, Muhammadiyah menjadi organisasi yang sainstifik approch atau menggunakan pendekatan sains dalam mengamalkan perintah agama. Sementara itu, ciri Muhammadiyah yang lain adalah dalam pengamalan perintah tidak dilakukan secara berlebihan.
Menurut Mu`ti, pengamalan perintah termasuk juga yang sunnah tidak baik jika dilakukan secara berlebihan, sehingga dalam melakukan perintah ibadah dengan profesionalitas kerja bisa seimbang.
Beragama secara wajar dan tidak memaksakan diri adalah ciri yang melekat di ummatan wasatha.
Maka lain ummatan wasatha adalah memilih jalan tengah dalam menyelesaikan masalah. Makna ini terrefleksi jelas di Muhammadiyah ketika menyelesaikan masalah, Mu`ti menyebut bahwa Muhammadidyah tidak ingin menang-menangan dalam segala hal.
Penyelesaian masalah yang ditempuhnya melalui win-win solutions, bukan win lost solutions.
"Inilah yang kemudian Muhammadiyah memiliki kultur moderat, karena tidak merasa dirinya paling berkuasa ketika diberi posisi atau amanah. Tapi juga tidak kemudian menyelesaikan masalah secara black and whait,“ tutur Abdul Mu'ti.
Adanya prinsip-prinsip wasathiyah Islam, pemerintah melalui Kementrian Luar Negeri juga mengadopsi prinsip tersebut sebagai bagian dari diplomasi berbasis masyarakat dan dalam beberapa hal prinsip-prinsip wasathiyah Islam juga menjadi bagian dari kebijakan pemerintah.