Islam Kembali Membangun Peradaban, Ini Syarat Kuncinya
"Islam sebagai din al-tanwir. Islam sebagai agama pencerahan merupakan kunci penting yang menjadikan umat Islam terbebas dari kebodohan dan keterbelakangan," kata Haedar Nashir.“
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, Islam merupakan agama yang telah membangun peradaban. Islam sebagai din al-hadlarah atau Islam sebagai agama peradaban ditunjukkan dalam banyak bidang keagamaan. Peradaban dimiliki oleh masyarakat yang tercerahkan, yang merupakan buah dari pendidikan.
Haedar mengatakan, di era baru saat ini, tidak mungkin islam yang kaya, bisa hadir kembali menjadi peradaban alternatif jika umat atau generasi muda muslimnya tidak menguasai lima dimensi islam yang menjadi kunci peradaban.
Lima kunci peradaban itu yaitu, Pertama, Islam sebagai din al taghyir. Islam sebagai agama perubahan. Dengan spirit ini, Islam bukan agama yang statis dan mistis, tetapi sebagai agama yang selalu bergerak dinamis mengikuti laju zaman, sesuai dengan prinsipnya shalih likulli zaman wa makan.
"Kedua, Islam sebagai din al-tanwir. Islam sebagai agama pencerahan merupakan kunci penting yang menjadikan umat Islam terbebas dari kebodohan dan keterbelakangan.
“Pencerahan yang menandakan akil baligh, berpikir modern dan rasional,” kata Haedar, yang juga mengisi tausyiah ba'da tarawih di Masjid Kampus Universitas Gajah Mada (UGM) pada Kamis (7/6/2018).
Ketiga, Islam sebagai syuhada ala al-nas. Menjadi syahid atau saksi di tengah-tengah komunitas warga dunia. Untuk menjadi syuhada, maka umat Islam harus menampilkan keunggulannya. Jika tidak memiliki keunggulan, maka umat Islam tidak bisa mempersaksikan diri sesuai peran syuhada yang diperintahkan Al-Quran.
Keempat, Islam datang untuk membangun akhlak mulia. Diutusnya Nabi Muhammad salah satu misinya adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Muhammad dalam menyebarluaskan misi ilahi senantiasa dibingkai dengan nilai-nilai akhlak mulia. “Allah memberi predikat kepada nabi sebagai role model atau keteladanan,” kata Haedar.
Kelima, Islam sebagai agama rahmat. “Kehadiran Ialam bisa menjadi universal, kosmopolit. Menembus batas-batas teritorial,” ungkap Haedar. Rahmat merupakan dimensi penting yang menjadikan Islam bisa hidup berdampingan dengan semua komunitas warga dunia, Timur dan Barat. Dengan dimensi rahmat, setiap Muslim menampilkan cinta kasih dan kedamaian kepada sesama makhluk Tuhan, meskipun berbeda suku dan agama.
Dalam kesempatan itu Haedar juga berpesan agar generasi muda muslim harus memiliki spirit pemikiran tafsir baru. “Kalau generasi baru saat ini tafsir Al-Qurannya masih dengan pola pikir lama, maka tidak akan mampu membawa perubahan, maka anda memiliki kewajiban untuk mengkaji Al-Quran dengan perspektif yang baru,” tutur Haedar.
“Generasi muda muslim harus mampu melahirkan kekayaan burhani kaum muslimin, kata sejalan dengan tindakan, maka dengan perspektif yang baru itu maka islam akan membangun peradaban,” pungkas Haedar. (adi)