Islam Indonesia, Islam Kaffah Plus, Ini Penjelasan Kiai Ma’ruf Amin
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Ma’ruf Amin mengingatkan tentang pentingnya umat di Indonesia untuk tidak hanya mengedepankan persaudaraan sesama agama (ukhuwah islamiyah) tapi juga persaudaraan sesama bangsa (ukhuwah wathaniyah). Sebab, menurutnya, hal inilah yang membuat bangsa Indonesia utuh hingga kini.
Ia mengatakan, Indonesia yang berpenduduk mayoritas Muslim memang bukan negara Islam. Tapi ia adalah darul mitsaq (negara kesepakatan), konsensus bangsa dari elemen-elemen yang beragam. Kiai Ma’ruf mendorong umat agar tidak mengingkari perjanjian ini.
“Islam kita di Indonesia itu bukan hanya Islam kaffah. Islam kita juga Islam kaffah sama dengan di Saudi, di mana-mana. Tapi ada tambahnya: Islam kaffah ma'al mitsaq. Ada kesepakatan-kesepakatan yang harus kita penuhi,” kata Kiai Ma’ruf Amin, yang juga Rais ‘Am PBNU.
Artinya, Islam di Indonesia tak hanya menjalankan ajaran Islam secara utuh tapi juga terikat oleh konsensus bersama.
Ia menyadari masih ada sebagian orang yang pulang dari luar negeri menolak pandangan ini. Untuk orang yang mengingkari negara kesepakatan ini, ia mengusulkan adanya pembimbimbangan agar pandangan dan ceramah mereka sejalan dengan Islam kaffah ma’al mitsaq.
Kiai yang juga Pengasuh Pesantren di Banten ini, ini menyampaikan hal tersebut dalam acara Halal Bihalal yang digelar PBNU di halaman kantor, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Selasa (3/7) malam.
Hadir dalam kesempatan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Sosial Idrus Marham, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi.
Selain itu, tampak pula Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, para duta besar negara-negara sahabat, serta utusan majelis-majelis agama.
Jusuf Kalla dalam kesempatan itu mengatakan, Indonesia memang banyak kelebihannya. Ia bercerita, dalam sebuah momen pertemuan dengan para duta besar negara sahabat Ramadhan kemarin, Kalla mengaku mendapat kesan positif dari respons mereka terhadap Islam di Indonesia.
Ia juga mengaku senang dengan tradisi di Indonesia yang sedang berkumpul, bersilaturahim, sebagai budaya yang menguatkan persatuan bangsa Indonesia.
“Saya selama Ramadhan, terhitung hanya lima kali buka puasa di rumah. Sisanya buka puasa bersama di mana-mana. Lumayang, ngirit,” kelakarnya.(adi)
Advertisement