Islam Hadir Pembawa Peradaban Utama, Ini Logika Haedar Nashir
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menuturkan, hadirnya Muhammadiyah merupakan runtutan sejarah Islam yang tidak bisa dipisahkan. Islam hadir sebagai pembawa peradaban yang utama, turut mengilhami KH Ahmad Dahlan ketika mendirikan Muhammadiyah.
Pada masa itu, umat Islam terperangkap di dalam kejumudan (kemandekan berpikir) karena pemaknaan Keislaman yang sempit, Ahmad Dahlan hadir membawa obor pencerahan yang bernama Muhammadiyah.
"Untuk menuju kepada pencerahan, umat Islam tidak mungkin tidak melakukan pengkajian keilmuan secara menyeluruh. Bukan hanya ilmu tetang ibadah syariah, melainkan juga urusan muamalah duniawiyah," tutur Haedar dikutip ngopibareng.id, Kamis 29 November 2018, dari Pengajian Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah bertempat di Serambi Masjid Kauman Yogyakarta.
“KH Dahlan ketika melakukan perubahan arah kiblat, ini merupakan pandangan Dahlan tentang pengabungan antara ilmu pengetahuan dengan urusan ibadah. Belum lagi dengan persoalan muamalah duniawiyah,” ungkap Haedar Nashir.
“KH Dahlan ketika melakukan perubahan arah kiblat, ini merupakan pandangan Dahlan tentang pengabungan antara ilmu pengetahuan dengan urusan ibadah. Belum lagi dengan persoalan muamalah duniawiyah,” ungkapnya.
Langkah tersebut merupakan pelopor awal kebangkitan Islam yang dilakukan Ahmad Dahlan dengan cara melakukan pengkajian keilmuan secara holistik. Karena agama Islam selalu kompatibel dengan perkembangan kemajuan zaman, sehingga untuk menuju arah itu dibutuhkan pengkayaan keilmuan yang memadahi.
Maka, dengan demikian kemajuan umat Islam bukan hanya ditunjukan dengan simbol. Tapi juga dibutuhkan kesadaran umat Islam untuk bisa menonjol disegala sendi kehidupan masyarakat, termasuk di dalamnya ekonomi, sosial, politik. Kemudian kesadaran tersebut diimplementasikan dalam perilaku kesehariannya.
“Juga bukan hanya semakin sering melakukan ibadah yang sifatnya habluminallah, tapi tanpa ada dampak berarti kepada ahlak kehidupan sehari-hari atau sosialnya," tutur Haedar.
Sesuai perintah pertama yang turun dalam Al Qur’an, Iqra’ (bacalah). Haedar berpesan kepada generasi muda untuk gemar mengamalkan perintah tersebut.
"Perintah membaca tidak dimaknai secara sempit. Tapi membaca bisa juga menganalisis, mentadaburi dan melihat segala sesuatu dengan menggunakan akal,” ucap Haedar mejelaskan.
Menempatkan aktiftas membaca sebagai kebiasaan yang dilakukan oleh kaum muda bisa menjadi hal yang menggembirakan. Karena membaca merupakan kunci untuk membuka pintu ruangan luas yang bernama peradaban masa depan.
Pada akhir ceramahnya, Haedar mengajak umat Islam untuk meningkatkan kualitas keIslaman. Baik aqidah, ibadah, ahlak, serta urusan muamalah duniawiyah. Sehingga fungsi agama menjadi maksimal dalam mengurusi kehidupan manusia di dunia dan akhirat.
"Jadikan Islam sebagai agama yang menyelamatkan dunia dan akhirat. Jika ingin selamat di akhirat, jangan jauhi urusan dunia," kata Haedar. (adi)