Islam dan Anjuran Berpikir, Memajukan Peradaban Dunia
Sejak kehadiran Islam, peradaban berkembang pesat. Peran Islam tak lepas dari jejak para tokoh yang terkemuka dalam sejarah, yang berperan kontribusinya dalam peradaban dunia. Jejak mereka, terutama dikenal karena akal pikiran yang jenial.
KH Husein Muhammad menulis gagasan "Ayo Berpikir" memberikan wawasan betapa Islam mengedepankan akal sehat, menekankan agar kita merenung dan berpikir, untuk memahami kebesaran Sang Khaliq. Berikut ulasan lengkapnya:
Islam sejak awal dan secara terus menerus mendorong umatnya untuk selalu berfikir dan memikirkan segala sesuatu, hal-hal di dalam diri serta di alam semesta ciptaan Tuhan ini. Berkali-kali Al-Qur’an menyebutkan : “Afala Tatafakkarun” (apakah kamu tidak memikirkan), “Afala Ta’qilun”,(apakah kamu tidak menggunakan akalmu), “Wa fi Anfusikum, Afala Tubshirun”, (di dalam dirimu apakah kamu tidak melihat?).
Kepada bangsa Arab Al-Qur'an mengatakan dan Nabi diminta untuk mengingatkan mereka:
أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ . وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ. وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ. وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ. فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan, dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan".(Q.s. Al-Ghasyiyah, 17-20).
Pada ayat lain Allah menegaskan seraya menegur orang-orang yang rajin membaca atau menghapal al-Qur'an tetapi tidak mempelajari atau memahami isinya:
افلا يتدبرون القران ام على قلوب اقفالها
“Afala yatadabbarun al-Qur’an Am ‘Ala Qulubin Aqfaluha”. (Apakah kalian tidak memikirkan/merenungkan isi al-Qur'an, atau hati mereka terkunci". (Q.s. Muhammad, 24).
Menarik sekali redaksi yang digunakan untuk menyampaikan perintah berpikir itu. Redaksi "Apakah tidak", merupakan bentuk kritisisme Al-Qur'an yang sangat tajam. Ia sedang menyindir mereka yang tak mau berpikir, tak mau merenung dan tak mau meneliti atau memperhatikan kehidupan. Dalam ilmu sastra Arab disebut "Istifham Inkari". Seakan-akan Allah mengatakan "kalian kok tidak berfikir sih. Ayo dong berpikir". atau "gunakan dong akal dan pikiranmu". Dalam bahasa Kiyai Ulil Abshar Abdalla "beragama yang "Ngintelek".
Perumpamaan Berpikir
Pernyataan Tuhan yang lain tentang ajakan berpikir disampaikan dalam bentuk "tamtsil', (perumpamaan) yang sangat indah.
قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ ۚ قُلْ أَفَاتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنْفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ ۗ أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚ قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ
Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Katakanlah: "Allah". Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak bisa memberi manfaat dan tidak (pula) mudharat bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa".
Lalu dikatakan lagi :
أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَابِيًا ۚ وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِي النَّارِ ابْتِغَاءَ حِلْيَةٍ أَوْ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِثْلُهُ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ ۚ فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً ۖ وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ
Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.
Demikianlah. Ayat-ayat tentang keharusan berpikir, memikirkan, meneliti, merenungkan dan sejenisnya disampaikan Al-Qur'an dalam porsi yang banyak, puluhan bahkan mencapai seratusan. Betapa anehnya jika ada orang yang mengharuskan kembali kepada Al-Qur'an, tetapi justeru tidak menggunakan akalnya untuk berpikir, tidak merenungkan makna-maknanya yang luas dan dalam dan tidak mendorong orang lain untuk menggunakan akal pikirannya, melainkan untuk terus menerus mengekor dan harus manut saja , padahal bisa dan mampu.