Islam Berkemajuan Bukan Retorika, Ini Kata Haedar Nashir
Jakarta: DKI Jakarta berkemajuan, Sumatera Barat berkemajuan, Papua berkemajuan sampai pada Indonesia berkemajuan itu sudah merupakan diksi atau kata kunci yang dimiliki Muhammadiyah yang telah menyebar luas bukan hanya di tanah air bahkan di mancanegara.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengungkapkan, frasa Indonesia Berkemajuan satu paket bersama Muhammadiyah berkemajuan dan Islam berkemajuan.
“Tidak mungkin Indonesia berkemajuan itu terwujud jika tidak ada Muhammadiyah berkemajuan, dan tidak mungkin Muhammadiyah berkemajuan jika tidak berdasar pada pandangan Islam berkemajuan, ini yang harus dijadikan rujukan oleh seluruh anggota, kader, aktivis, pimpinan dan keluarga besar Muhammadiyah, bahwa satu paket Islam berkemajuan, Muhammadiyah berkemajuan dan Indonesia berkemajuan,” kata Haedar, dikutip ngopibareng.id, Sabtu (11/11/2017).
Islam berkemajuan, Muhammadiyah berkemajuan dan Indonesia berkemajuan itu bukanlah sekadar retorika, tapi sudah menjadi paradigma, yakni pandangan yang sah, sistematis, dan yang dipilih Muhammadiyah.
Islam yang berkemajuan menurut Haedar, pertama, secara teologi, kita merujuk pada esensi ajaran Islam, yakni dinul hadharah sebagai agama yang membangun peradaban. Salah satu ciri dari pandangan Islam yang berkemajuan (adalah) membangun relasi sosial yang damai tanpa kekerasan, mengedepankan kesamaan tanpa diskriminasi, dan hubungan-hubungan sosial yang harmonis, di mana nilai ketuhanan juga menjadi landasan pada nilai kemanusiaan.
“Menjadikan Indonesia Berkemajuan, bahwa kita Muhammadiyah harus berdiri paling depan membawa DKI dan Indonesia Berkemajuan. Indonesia berkemajuan itu merupakan aktualisasi cita-cita nasional kita, yaitu Indonesia yang satu, maju, adil, makmur, dan berdaulat,” tambah Haedar.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir saat memberi kata pengantar pada pengajian bulanan PP Muhammadiyah di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jumat malam (10/11).
Muhammadiyah merupakan organisasi yang paling berkomitmen dalam mewujudkan keselarasan dan perdamaian. Muhammadiyah, tegasnya adalah satu-satunya organisasi yang memiliki dokumen fisik yang berisi tentang kesadaran politik dan komitmen menjadikan Pancasila sebagai pusaka negara yang diwujudkan dalam konsep 'dar al-'ahdi wa al-syahadah.'
Dengan adanya konsep tersebut, lanjut Haedar, predikat Indonesia sebagai negara Pancasila menuntut agar semua pihak dan perangkatnya harus berpijak pada filosofi pancasila. Kedua, sebagai komitmen Indonesia sebagai 'Dar al-'Ahdi' menuntut tidak boleh adanya ideologi lain selain Pancasila (sekulerisme, negara agama, maupun komunisme).
Lebih lanjut Haedar, semangat dalam Pancasila adalah mengayomi segala macam perbedaan dalam satu kesatuan. "Indonesia lahir karena diperjuangkan secara bersama-sama oleh berbagai golongan dan agama. Akan tetapi, 'Dar al-'Ahdi' harus disertai 'al-Syahadah', yakni upaya yang progresif dan berkemajuan sebab dengannya akan menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang maju”, tutup Haedar. (adi)