ISIK dan Al-Qaeda Bangkit Lagi di Afghanistan?
Amerika Serikat dan NATO hampir menuntaskan proses penarikan pasukannya dari Afghanistan. Tetapi unit kecil kontra teror tetap akan ditempatkan di negara tersebut dan di negara negara yang berbatasan dengan Afghanistan.
Masa depan negara tersebut tergantung pada keberhasilan perundingan perdamaian antara pemerintah Afghanistan dengan Taliban yang terdiri beberapa faksi. Masalah krusial yang belum tuntas adalah soal sistem politik, suatu negara Islam yang ketat atau agak longgar seperti sekarang.
Sejak 2019, Al-Qaeda dan ISIK (Islamis State of Korasan, kelanjutan ISIS) telah membangun kekuatan di negara tersebut. Keduanya sedang membangun basis kekuatan baru di wilayah Afghanistan Timur (berbatasan dengan Tajikistan dan RRC) dan di Afghanistan Selatan dan Tenggara yang berbatasan dan Pakistan.
ISIK dan Al-Qaeda tampaknya akan berjuang bersama yang mendasarkan strategi perjuangan dengan mengeksploitasi hadis-hadis akhir zaman (hadis dha’if /lemah). Substasi dari hadis-hadis tersebut adalah “bendera hitam akan muncul di Korasan sebelum datangnya Imam Mahdi”. Hadis ini digunakan sebagai kampanye untuk menarik simpatisan mereka dari negara negara lain.
ISIK dan Al-Qaeda tampaknya bekerja sama dengan salah satu faksi Taliban Hakkani yang radikal. Beberapa relawan atau teroris asal Indonesia telah berada di negara itu. Potensi sebagai palagan baru terorisme internasional (medan jihad) tidak bisa diabaikan.
Catatan:
Seorang netizen menulis komentar: Ekosistem dan matarantai kekerasan yang sulit diputus. Mengapa disebut demikian, mulai zaman saya kecil nonton film Rambo sampai berita "Dunia dalam Berita" TVRI, beritanya sama, kekerasan di wilayah Afghanistan. Tapi kita tidak kalah optimis akan masa depan baru di Afghanistan.
Pertama media sosial, sering lihat tayangan di kanal Yoube soal kekerasan seksual oleh pemuda Afghanistan. Artinya apa? Mereka semakin sadar kamera media sosial.
Kedua, Afghanistan semakin terbuka, tidak ada yang perlu ditutup-tutupi dari peran serta masyarakat. Kendalanya, kepala suku, kelompok di wilayah seperti itu masih kuat.
Konseling untuk menguatkan anak-anak korban trauma dan sekaligus memutus mata rantai kekerasan, di bawa ke wilayah damai seperti Indonesia. Itu sudah yang terbaik. Kita akan menatap periode cerah di Afghanistan. (Ahmad Idris, Facebook)
DR KH As'ad Said Ali
Pengamat Sosial Politik, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 2010-2015. Penulis Buku "Jaringan Al-Qaeda". Tinggal di Jakarta.