Isak tangis Warnai Penyambutan Santri Asshiddiqiyah Jakarta
Isak tangis mewarnai penyambutan santri baru Pondok Pesantren (Ponpes) Asshiddiqiyah, Kedoya, Kebun Jeruk Jakarta Barat, Kamis 13 Juli 2023.
Beberapa santri terlihat menangis dalam pelukan ibunya. Mereka akan berpisah dengan orang tua dan kerabat dekatnya. Suasana ini mengundang haru siapa saja yang melihatnya.
"Kamu harus menjadi santri yang baik ya sayang. Mama doakan kamu menjadi orang alim, supaya bisa menjadi panutan adik adikmu," pesan seorang ibu sambil memeluk anaknya.
"Iya mama, amin," jawab sang anak singkat. Isak tangis pun pecah dalam pelukan yang semakin erat.
Di sudut lain terlihat para santri berdatangan dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka didampingi orang tua masing-masing sambil membawa koper dan tas berisi kebutuhan sehari-hari di luar fasilitas yang di sediakan pondok pesantren. Pemandangan ini mengingatkan kita ketika seseorang hendak mudik. Mereka sibuk dengan barang bawaannya sendiri.
Kedatangan para santri tersebut disambut kakak kelasnya dengan ramah. Mereka ikut membantu membawakan barang-barang adik kelasnya yang baru tiba. Santri baru diantar menuju kamarnya.
"Gotong royong seperti ini menjadi tradisi di Pesantren Asshiddiqiyah, tidak boleh egois," kata seorang santri senior. Ia tampak ikhlas membantu mengangkat perbekalan adik kelasnya.
Kedatangan santri baru di Asshidiqiyah dibagi dua gelombang. Pertama untuk santri putri pukul 08.00 sampai 11.00 WIB. Gelombang kedua, santri putra pukul 13.00 sampai 16.00 WIB. pembagian waktu itu supaya tidak terjadi penumpukan serta untuk menghindari kemacetan arus lalu lintas di jalan arteri Kebon Jeruk. Beberapa santri ikut mengatur arus lalu lintas dan parkir kendaraan.
Pesantren Asshiddiqiyah Dipimpin Gus Mahrus, Sang Penerus Abah Almarhum Kiai Nur SQ
Sejumlah orang tua santri yang ditemui Ngopibareng.id mengatakan, mereka mengenal pesantren Asshiddiqiyah sudah cukup lama. Fasilitasnya memadai, kurikulumnya standar nasional, ekstra kulikulernya juga banyak. Antara lain musik, drum band, kiroat, taekwondo, futsal, bola basket, sepak bola, bulutangkis hingga panjat tebing.
Tenaga pendidiknya ada yang lulusan Universitas Indonesia. "Sebelum menentukan di Asshiddiqiiyah, saya mencari informasi tentang profil pesantren Asshiddiqiyah. Setelah mengetahui secara detail, baru saya putuskan. Anak saya juga browsing di internet, ternyata keputusannya sama," kata orang tua santri tingkat SMP asal Bekasi Jawa Barat.
Sementara orang tua santri asal Semarang, Jawa Tengah, Sriyanto menuturkan, anaknya yang baru lulus SD ingin belajar di pesantren atas kemauannya sendiri. "Tidak mau meneruskan sekolah kalau tidak di pesantren," ungkapnya.
Putusan anak sulungnya yang biasa dipanggil Vika itu sempat membuat bingung kedua orang tua. Karena seluruh pesantren yang menjadi pilihannya sudah tutup.
Ia mengira pendaftaran santri di pesantren itu waktunya sama dengan tahun ajaran sekolah umum, ternyata tidak. Pendaftaran di pesantren lebih cepat, Sudah dua bulan lalu.
"Saya mencari informasi ke beberapa pondok pesantren yang sesuai dengan kriterianya yang ada di Semarang, Jogja sampai ke Jawa Timur, sudah tutup semua," katanya.
Di tengah kebingungannya Allah memberi jalan dengan mengingatkan Ponpes Asshiddiqiyah Jakarta yang didirikan oleh Almarhum KH Nur Muhammad Iskandar SQ. Ternyata, pendaftarannya juga sudah tutup.
"Setelah saya jelaskan tekad Vika yang menggebu, maka ketua PSB (penerimaan Santri baru) ustad Ubaid, mendiskusikan persoalan. Ini dengan pimpinan Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Gus Mahrus, penerus abahnya, KH Nur Muhammad Iskandar, alhamdulillah Vika diterima," kata sang ibu, Santi, dengan ekspresi gembira.
Mepetnya waktu masuk pesantren, hanya tinggal satu minggu, orang tua dan Vika pun berangkat ke Jakarta untuk menyelesaikan adminstrasi. Bersyukur tidak ada tambahan biaya apapun meskipun 'memaksa'.
"Saya bersyukur anak saya diterima, saya sekaligus bisa sowan ke Gus Mahrus dan Bu Nyai," kata Santi.
Vika diberi arahan langsung dalam pertemuan tersebut. Antara lain sesama teman harus saling menghormati tidak boleh egois, harus menghormati kedua orang tua. Ia sebagai santri harus berilmu, beramal soleh, dan berakhlak mulia. Selanjutnya, santri dilarang membuat keributan di dalam maupun di luar pondok.
"Sebagai santri baru saya bersyukur, memperoleh wejangan langsung dari pimpinan Asshiddiqiyah Pak Kiai Mahrus," ujar Vika.
Pesantren Asshiddiqiyah di Jakarta sebagai induk juga ada di Batu Ceper Tangerang, Kerawang, Serpong, Cijeruk Bogor, Sukabumi, Way Kanan Lampung, Musi Banyuasin Sumsel, dan Gunung Sugih Lampung.
PSB Malampui Target
Ketua Penerimaan Santri Baru (PSB) dan kepala bagian kesehatan Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta, drg Ubaid menyampaikan, jumlah pendaftar di Asshiddiqiyah Tahun Ajaran (TA) 2023 ini melampaui terget.
"Gus Mahrus sebelumnya membatasi santri baru sampai 200 orang saja. Ternyata jumlah pendaftarannya membeludak. Akhirnya, ada beberapa kantor yang dirombak dijadikan kamar santri," kata dokter gigi lulusan Universitas Indonesia, asal Malang tersebut.
Sebagai informasi, santri baru mengikuti masa orientasi santri ditandai penyematan kartu MASTASA, Kamis 13 Juli 2023.
Siswa SMP putra diwakili oleh Viveka Casey Afianto bin Sriyanto asal Semarang Jawa Tengah.
MA putra diwakili M. Ujang Iskandar bin Suhasno asal Martapura Banjar Kalimantan Selatan.
MA putri diwakili Hasya Nazahah zakiyyah bin M. Taufan Luthfi asal lubuk linggau Sumatera Selatan.
SMP putri diwakili Naura Rayyani binti Sutopo Abdullah asal Ternate Maluku Utara.