Irawan Djakaria–Tedy Herlina, Cycling Couple Idaman
Kita saling jaga. Dalam suka maupun duka. Dalam sehat maupun sakit. Sebagai suami istri. Tentu kamus janji sakral pernikahan ini perlu di-upgrade oleh pasangan Irawan Djakaria dan Tedy Herlina.
“Ada pasal tambahan, olahraga gowes bareng saklawase saktuweke (selamanya hingga setua mungkin),” bilang Irawan yang diangguki mesra oleh Herlina.
Memang, hobi gowes dimulai dari Irawan Djakaria. Tahun 2012, Irawan bersama lima teman lama lulusan sekolah Katolik Hua Ind-Kosayu membentuk komunitas sepeda, Ratjoen Cycling Club (Ratjoen CC).
Tidak serius, jadwal gowesnya hanya di Sabtu dan Minggu. Itupun rute pendek. Dan tentu banyak rute kulinernya. Tidak terkonsep dengan baik. Bahkan Irawan pernah mengalami pingsan saat dirinya memaksakan diri gowes menuju Warung Erna di Petungsewu, Batu.
“Padahal jaraknya cuman sembilan kilometer dari rumah di jalan Semarang komplek Universitas Negeri Malang dan menanjak hanya setinggi 300 meter,” bilangnya.
Nah sejak kejadian itu, mentalnya langsung drop.
Meskipun mulai banyak anggota RatjoenCC, Irawan tetap tidak bergeming. Tidak ada keinginan back on saddle.
“Saya menyibukkan diri menjadi fotografer teman-teman RatjoenCC kemana pun mereka gowes. Saya memang suka fotografi. Jadi saya lengkapi senjata saya dan saya beli drone juga,” tuturnya.
Tapi…ssstt…. Kecintaannya Irawan pada sepeda tidak pernah luntur. Meski tidak gowes tapi beli terus road bike. Ada Canondale Supersix eks Azrul Ananda, ada Trek Madone 7 Radioshack Leopard warna celeste dan konon hanya ada empat unit di Indonesia, lalu ada juga Pinarello F10.
Herlina hanya bisa geleng-geleng saja. “Saya tanya, kamu ini beli sepeda tapi tidak digowes lalu untuk apa? Dia jawab suatu saat saya akan gowes lagi,” cerita Herlina.
Tak sabar, Herlina mengambil salah satu koleksi sepeda MTB Specialized ada mencobanya untuk gowes saat ada even launching WCC Surabaya di tahun 2016. Dari situlah, Herlina jadi jatuh cinta dengan sepeda.
Karena cintanya, Irawan merelakan sepedanya digunakan Herlina. Dirinya masih setia sebagai fotografer teman-teman RatjoenCC saat ada gowes bareng. Tak lama, melihat belahan jiwanya gowes, gatal juga Irawan.
Tahun 2018 dirinya memberanikan diri back on saddle. “Tanpa sepatu cleat, masih takut jatuh. Masih banyak traumanya,” bilang ayah dari Krishna Putera Djakaria, Paramitha Puteri Djakaria, dan Stephen Saputera Djakaria.
Latihannya tentu dari rumah ke Warung Erna itu. Maklum itu memang sebagai kawah candradimuka cyclist Malang Batu, mereka harus bisa menaklukkan rute itu secepat mungkin. Irawan? Tentu sepelan mungkin!
Tapi semua teman-teman RatjoenCC memberi support jadi dirinya bisa lulus tanpa kendala berarti. “Herlina juga hepi akhirnya kita bisa gowes berdua,” bangga Irawan.
Semakin pede dan semakin jauh jarak yang dilakoni gawes bareng berdua. Atau bareng RatjoenCC. “Yang pasti teman-teman RatjoenCC paling gembira kalo saya ikut gowes karena saya pasti paling belakang dan paling lemot jadi semua pasti aman tidak ada yang ketinggalan,” tutur Irawan lantas tertawa.
Meski begitu, tidak ada sakit hati. Yang ada canda tawa. Apalagi gowesnya bersama Herlina. Irawan bahkan merasa sangat terbantu dengan adanya Herlina yang aktif gowes ini.
“Saat mengikuti even gowes di luar kota. Saya bisa mengurus ke hal-hal teknis mobil loading, atau urusan-urusan sepeda. Herlina mengurus starter kit kita berdua, kamar hotel atau lain-lainnya. Jadi bisa bagi tugas,” bilang Irawan.
Tak heran, pasangan Irawan dan Herlina ini sudah seperti pengayom cyclist se-Malang Raya.
Bahkan, mereka merelakan garasi rumahnnya digunakan sebagai markas RatjoenCC. Herlina mengaku tidak keberatan sama sekali. Rumah jadi hidup dan menjadi banyak teman. Dan dirinyapun nyambung kala ikut nimbrung ngobrol bareng.
Kisah gowes bareng berdua pun lanjut. Banyak tanjakan-tanjakan dilakoni bersama antara Trek Emonda project one Sunburnt dan Trek Emonda ALR candy tone red-gold warna ironman. Sebut saja, Nongkojajar, Batu Pujon, Surya Tretes, dan lainnya. Bahkan tanjakan-tanjakan di Bali-pun saat perayaaan ulang tahun RatjoenCC 2019 lalu sukses berdua.
Sebagai pamungkas, tanjakan horor Bromo-pun mereka sukses jalani berdua. “Saya tidak menyangka saya bisa lulus nanjak Bromo tapi atas dukungan Herlina dan support teman-teman RatjoenCC akhirnya saya bisa selesaikan tanjakan Bromo hingga Wonokitri!” bangganya.
Lucunya, saat mengikuti even gowes menuju Bromo bulan Maret tahun 2020 lalu, karena mereka berbeda kategori akhirnya Herlina berangkat duluan. Tak disangka, Irawan terjatuh bersenggolan dengan peserta lain dan harus membenarkan rantainya.
Setelah lebih dari dua puluh menit beres, Irawan langsung ngebut. Tapi perlahan… karena nanjak… wkwkwkw… akhirnya bertemulah dengan Herlina. Sudah menunggu dengan setia di jembatan Baledono. Tak disangka, sudah siap Popmie hangat dan teh hangat. Nyam… enaknya kalo gowes ama istri ya…
Perjalanan dilanjutkan, karena hujan badai dan badan Irawan sudah terisi asupan makanan, tidak sadar bahwa Herlina tertinggal. Pas sebelum tanjakan terakhir, gantian Irawan yang nungguin Herlina.
“Biar kita bisa finish strong together,” bangganya. Saat ditanya akan seperti apa Irawan – Herlina dalam 10 tahun ke depan? “Kita rasa kita akan masih gowes dan masih kuatlah. Karena dengan gowes ini relationship pribadi kita makin lebih baik. Juga kita jadi punya keluarga besar baru, RatjoenCC,” tutup Irawan sambil merangkul Herlina dengan mesra.