Iran Tolak Tawaran Dialog, AS Mulai Melunak
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menolak tawaran dialog dari Presiden AS Donald Trump. Dia menegaskan "tidak akan ada pembicaraan dengan AS di tingkat mana pun."
Ia mengungkapkan hal itu, melalui saluran televisi pemerintah Iran, Selasa 17 September 2019.
Selanjutnya Khamenei mengatakan, AS ingin membuktikan bahwa "kebijakan tekanan maksimum"-nya terhadap Iran berhasil.
Khamenei menambahkan, perundingan hanya bisa dipertimbangkan jika AS kembali ke kesepakatan nuklir. "Kalau tidak, tidak akan ada pembicaraan… baik di New York maupun di tempat lain," tandasnya.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump hari Senin 16 September mengatakan, Iran "tampaknya" berada di belakang serangan terhadap instalasi minyak terbesar di Arab Saudi.
Namun dia menekankan bahwa dia tidak mempertimbangkan pembalasan militer. Sebelumnya Trump sempat menulis di Twitter bahwa AS "sudah siap berperang."
Arab Saudi, Abqaiq
Sementara itu, media sempat berspekulasi tentang kemungkinan pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani di sela-sela Sidang Umum PBB bulan ini di New York. Namun ketegangan di Teluk Persia meningkat setelah serangan terbaru di beberapa instalasi minyak utama di Arab Saudi.
Iran selama ini membantah terlibat dalam serangan itu. Kelompok pemberontak Houthi di Yaman, yang selama ini didukung Iran, mengklaim telah melakukan serangan dengan pesawat nirawak.
Krisis antara Washington dan Teheran berawal dari keputusan Presiden Trump tahun lalu untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia. Trump lalu memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran yang membuat ekonomi negara itu terpuruk.
Serangan terhadap Arab Saudi, yang membuat produksi minyak negara itu anjlok sampai 60 persen, sempat membuat harga minyak mentah melonjak. Namun Arab Saudi dan AS menyatakan siap membuka cadangan minyaknya untuk menenangkan pasar.
AS akhirnya melunak
Kekhawatiran sempat muncul bahwa ketegangan terbaru akan menimbulkan perang baru di Timur Tengah, setelah Trump mengancam Iran dan mengatakan di Twitter bahwa AS siap berperang.
Â
Namun, seperti dilansir Deutsche Welle, Trump menarik kembali nada kerasnya dan mengatakan bahwa dia tidak ingin perang dan tidak mempertimbangkan opsi militer.
Pemerintah Arab Saudi menyebut serangan terhadap kilang minyaknya sebagai "tindakan agresi dan sabotase yang belum pernah terjadi sebelumnya," namun tidak menyampaikan bukti-bukti bahwa Iran berada di balik serangan itu.
Seorang pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonimitas mengatakan, AS sedang mempertimbangkan pengiriman sumber daya militer tambahan ke kawasan Teluk tetapi belum ada keputusan yang dibuat. AS saat ini sudah menempatkan kapal induk USS Abraham Lincoln di kawasan Teluk, dilengkapi dengan serta jet tempur, pesawat pengebom, pesawat pengintai dan unit pertahanan udara.
Arab Saudi mengatakan mereka mengundang PBB dan para ahli internasional lainnya untuk membantu penyelidikan dan menekankan, mereka tidak perlu terburu-buru untuk mengambil langkah balasan.
Advertisement