Iran: Kekuatan Regional Penting
Serangan Iran terhadap Israel dengan menembakkan rudal langsung ke wilayah Israel menjadi dimensi baru dalam konflik-konflik Arab vs Israel sejak 1948. Selama ini Iran tidak pernah melibatkan diri secara langsung dalam konflik regional tersebut. Menjadi pertanyaan adalah kenapa tiba-tiba Iran melancarkan serangan rudal tersebut, apa kepentingan politiknya?
Alasan formal Iran menyerang Israel adalah dalam rangka membela Hamas di Gaza dan Hizbullah di Libanon Selatan yang sejak 20 tahun terakhir menjadi sekutunya. Sekutu Iran lainnya adalah Houti di Yaman yang kemudian juga membantu Iran dengan menembakkaan rudal terhadap kapal-kapal perang Amerika Serikat yang membantu Israel.
Kalau dicermati secara teliti berdasarkan peta politik kawasan Timur Tengah dan Asia Barat, maka kita bisa memahami persoalan utamanya. Sejak Ayatollah Khomeiny berkuasa pada 1979, Iran dikucilkan baik oleh AS dan Sekutunya dikenakan embargo ekonomi dan bahkan proyek pengembangan nuklir Iran di bawah pengawasan ketat oleh AS dan Negara Barat dengan alasan formal resolusi PBB.
Iran juga diisolasi oleh negara-negara Arab berdasarkan asumsi bahwa Iran menyebarkan ajaran Syiah ke negara Arab lain yang diasumsikan sebagai ekspor revolusi. Padahal pemeluk Syiah sejak abad pertengahan sudah eksis cukup kuat di beberapa negara Arab antara lain Iraq, Syria, Libanon. Bahkan di Iraq, pemeluk Syiah sedikit lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan pemeluk Sunni dan suku Kurdi.
Serangan rudal Iran dilakukan tiga hari sebelum pembukaan hubungan diplomatik Arab Saudi dengan Israel. Kalau hal itu terjadi maka Iran dapat dikatakan akan semakin terisolisasi dari pergaulan internasional. Sebab negara-negara Arab dan juga negara-negara lain kemungkinan akan mengikuti jejak Arab Saudi.
Dengan demikian, setidaknya ada tujuan utama serangan Iran tersebut: mencegah isolasi dari negara-negara Arab dan sekaligus membangun kembali hubungan baiknya seperti pada era sebelum revolusi Iran sebab rezim Iran sekarang ini berbeda dengan era Khomeiny atau jauh lebih moderat. Tujuan lainnya adalah untuk menunjukkan bahwa tanpa dukungan Iran, konflik Arab - Israel sulit diselesaikan.
Dr. KH. As'ad Said Ali
Pengamat sosial-politik, Mustayar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 2022-2027, tinggal di Jakarta.